Membangun Geosite Sukomoro untuk Pariwisata Berkelanjutan di Sumatera Selatan
Artikel ini ditulis oleh Muhammad Rifky berdasarkan gagasan dan hasil penelitian untuk pengabdian masyarakat milik Budhi Setiawan, S.T., M.T., Ph.D.
Warisan geologi Indonesia, khususnya
di pulau Sumatera, sangat banyak dan beragam. Sebagian telah menjelma menjadi
objek pariwisata alam favorit, seperti Danau Toba dan Gunung Kerinci. Provinsi
Sumatera Selatan (Sumsel) juga memiliki potensi warisan geologi. Contoh yang
terkenal adalah Endokarst Desa Padang Bindu atau dikenal sebagai Gua Harimau di
Kabupaten Empat Lawang, dan Danau Ranau yang terletak di perbatasan Kabupaten
Ogan Komering Ulu Selatan dan Kabupaten Lampung Barat. Selain kedua lokasi
tersebut, salah satu yang tengah diusulkan menjadi warisan geologi Sumatera Selatan adalah Desa Sukomoro
di Kabupaten Banyuasin. Sebelum membahas lebih jauh, ada baiknya untuk memahami
terlebih dahulu apa itu Warisan Geologi.
Pasal 1 ayat 3 Peraturan
Presiden (Perpres) Nomor 9 Tahun 2019 tentang Pengembangan Taman Bumi (Geopark) menyebutkan “Warisan Geologi (Geoheritage) adalah Keragaman Geologi (Geodiversity) yang memiliki nilai lebih
sebagai suatu warisan karena menjadi rekaman yang pernah atau sedang terjadi di
bumi yang karena nilai ilmiahnya tinggi, langka, unik, dan indah, sehingga
dapat digunakan untuk keperluan penelitian dan pendidikan kebumian”. Berlandaskan
definisi tersebut, maka Sukomoro dapat dikategorikan sebagai geoheritage. Berikut alasan yang
mendukung pernyataan tersebut.
Situs geologi (Geosite) di Sukomoro, Banyuasin berupa
bekas area penambangan bahan galian C dengan batuan-batuan sedimen terekspos yang
menceritakan sejarah pengendapan purba. Sukomoro sering dimanfaatkan sebagai
lokasi kuliah lapangan mahasiswa Teknik Geologi Universitas Sriwijaya. Program
studi yang berdiri sejak tahun 2013 ini memilih Sukomoro dikarenakan lokasi ini
merupakan situs terbaik untuk menggambarkan proses geologi masa lalu, khususnya
pengendapan batuan sedimen yang membentuk Sumsel. Hingga saat ini Geosite Sukomoro tetap menjadi pilihan
utama kuliah lapangan terutama yang berada di Sumatera Selatan.
Selaras dengan Perpres
Nomor 9 Tahun 2019 di atas, Sukomoro memiliki nilai ilmiah tinggi hingga dapat
digunakan untuk keperluan pendidikan dan penelitian kebumian. Ironisnya kini
selain terancam oleh aktivitas penambangan galian C, lokasi Geosite Sukomoro yang berada dekat
pemukiman penduduk berpotensi rusak dan bahkan menghilang akibat perluasan area
pemukiman seiring meningkatnya kepadatan penduduk. Untuk mencegahnya maka penetapan
status geoheritage Sukomoro yang
selanjutnya dikembangkan menjadi Geopark
sangat penting.
Sukomoro memiliki
beberapa lokasi strategis yang berpotensi dikembangkan dan dikelola menjadi Geopark. Pasal 8 Perpres Nomor 9 Tahun
2019 menyebutkan perencanaan Geopark
dilakukan melalui penyusunan rencana induk Geopark
oleh pemerintah daerah yang terintegrasi dengan Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan. Rencana induk Geopark
setidaknya harus memuat inventarisasi sumber daya dan konservasi kawasan
Geoheritage, penentuan batas atau deliniasi kawasan, pengembangan destinasi
pariwisata, program pembangunan perekonomian masyarakat melalui ekonomi
kreatif, hingga program promosi nilai ilmiah Geopark untuk kegiatan pariwisata.
Sosialisasi dan kajian
awal Teknik Geologi Universitas Sriwijaya di lokasi geologi Sukomoro
menghasilkan penilaian kualitatif sumberdaya geoheritage yang didasarkan pada petunjuk teknis penilaian Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui pusat Survei Geologi Badan
Geologi Indonesia. Penilaian ini diharapkan menjadi acuan dalam program promosi
nilai ilmiah Geopark untuk kegiatan
pariwisata, pendidikan dan penelitian, serta pengembangan ilmu pengetahuan
sesuai yang tertuang dalam garis besar Rencana Induk Geopark menurut Perpres Nomor 9 Tahun 2019.
Penilaian dilakukan dengan
pengisian kuisioner dan wawancara cepat responden yang tersebar dalam beberapa
kriteria. Adapun kriteria yang digunakan antara lain: nilai sains, nilai
edukasi, nilai pariwisata, dan nilai degradasi. Proses penilaian berlangsung
pada awal tahun 2019. Responden yang terdiri dari mahasiswa dan alumni Teknik
Geologi Unsri dengan rentang tahun angkatan antara 2013 hingga 2018 menanggapi
pertanyaan terkait Geosite di Sumsel,
termasuk di Sukomoro.
Hasil penilaian
menunjukkan Geosite Sumsel mampu menggambarkan
dengan baik kerangka geologi dan cukup representatif. Beberapa informasi
penting yang juga diperoleh dari penilaian ini adalah telah tersedianya
publikasi-publikasi ilmiah mengenai situs warisan geologi, baik di tingkat
nasional dan internasional; letak situs yang relatif dekat dengan jalan desa,
parkir bus, dan penginapan; menampilkan fitur geologi yang eskpresif dan dapat
diajarkan pada semua level masyarakat; serta dapat difungsikan sebagai tujuan
wisata nasional.
Adapun nilai yang
mengkhawatirkan dan perlu ditanggapi segera demi menjaga situs warisan geologi
dan mengembangkannya sebagai Geopark,
antara lain berupa minimnya fasilitas keamanan seperti pagar, tangga, dan
pegangan; adanya beberapa penghalang yang menyulitkan pengamatan fitur geologi;
serta situs warisan geologi cenderung rentan terhadap peristiwa alam berupa
erosi atau longsor dan peristiwa antropik seperti pertanian, pembangunan
perkotaan hingga vandalisme.
Tim dari Teknik Geologi
Universitas Sriwijaya saat ini tengah berupaya melakukan kegiatan penelitian
dan pengabdian masyarakat yang berfokus di Sukomoro. Program ini meliputi
penyadaran masyarakat tentang pentingnya situs warisan geologi, penyedian
informasi geoheritage berbasis buku (hardcopy) dan internet, pembentukan
kelompok sadar wisata, dan penguatan kelompok sadar wisata melalui inovasi
produk dan budaya lokal. Rencananya program penelitian dan pengabdian
masyarakat ini akan dilakukan antara Juni hingga Desember 2019. Target utamanya
selain meningkatkan pemahaman keilmuan melalui publikasi ilmiah berskala
internasional, juga mewujudkan pelestarian situs warisan geologi melalui
penetapan geoheritage daerah Sukomoro, Banyuasin sesuai petunjuk Perpres Nomor 9
Tahun 2019 tentang Pengembangan Taman Bumi (Geopark).
-------
Artikel opini ini menginspirasi pembuatan artikel Liputan Khusus yang dimuat sebagai Headline/ Tajuk Utama Harian Pagi "Tribun Sumsel" tanggal 22 Juli 2019.
Komentar
Posting Komentar