Menelisik Dunia Virtual Sandbox
Sandbox atau bak pasir merupakan salah satu wahana permainan bagi anak-anak, khususnya di bangku Taman Kanak-kanak (TK), untuk mewujudkan imajinasinya membangun istana pasir dan sebangsanya. Bermain dengan pasir biasanya dilakukan oleh pantai. Namun dengan hadirnya bak pasir, seorang anak dapat menciptakan berbagai macam hal seperti bukit, istana, kolam hingga kota dalam khayalan mereka tanpa harus pergi ke pantai. Istilah “Sandbox” juga digunakan untuk menggambarkan konsep dimana programmer komputer membangun dunia virtual yang bebas dijelajahi dari ujung ke ujung dalam sebuah gim video.
Berbeda dengan film atau animasi dimana penonton hanya dapat menikmati “dunia” yang tersaji di depan layar mereka secara pasif atau hanya satu arah, gim video memungkinkan interaksi aktif antara pemain dengan dunia virtual. Pada awal mulanya interaksi semacam ini terbatas dilakukan pada arena atau dunia yang cenderung linear. Namun seiring perkembangan teknologi, dunia virtual dalam gim semakin kompleks hingga memunculkan konsep atau genre bernama “Open World” dan “Sandbox-style”.
Open world dapat diartikan sebagai dunia terbuka dimana pemain tidak dibatasi pada interaksi di dunia linear melainkan dunia yang lebih terbuka dan bebas. Sementara sandbox-style seperti yang telah dijelaskan di atas merupakan analogi dari bak pasir. Pemain bebas menjelajahi dunia interaktif yang dibangun oleh programmer dan developer gim layaknya sebuah istana pasir. Kedua istilah ini acapkali setara atau dianggap serupa oleh banyak orang. Oleh karena itu, untuk menyederhanakan artikel ini istilah “open world” akan digunakan untuk seterusnya.
Memaknai Open World
Kemajuan teknologi grafis 3D menjadi kunci bagi programmer dan pembuat (developer) gim untuk mewujudkan imajinasi-imajinasi mereka. Salah satunya melalui gim open world dimana pemain dapat menjelajahi, berinteraksi, hingga berpartisipasi langsung dalam “dunia semu” yang tercipta di layar komputer dan televisi. Dunia semu atau virtual ini sangat beragam, mulai dari planet alien, kapal luar angkasa, hingga bagian dunia nyata di masa lalu atau modern. Sebagai gim video, tujuan utama dunia virtual semacam ini adalah untuk menghibur pemain. Namun, seiring perkembangannya tujuan dan makna sebuah gim open world semakin kompleks dan menantang.
Gim video seperti Mass Effect Andromeda atau Elder Scrolls: Skyrim menyajikan dunia fantasi yang spektakuler dan imajinatif. Monster raksasa, spesies alien, pegunungan menjulang tinggi, hingga gugusan asteroid merupakan ciri utama gim semacam ini. Pemain dibuat takjub dengan elemen-elemen yang tidak dapat mereka jumpai di dunia nyata seperti melawan naga terbang hingga menembak alien menggunakan laser. Pemain merasakan sensasi layaknya tokoh utama di film science fiction. Selain itu, mereka juga diajak berkenalan dengan dunia dan planet selain bumi yang kita tinggali.
Sementara itu, gim video semacam Grand Theft Auto atau LA Noire memilih menyajikan dunia yang lebih realistik. Grand Theft Auto merupakan contoh gim open world yang sangat populer. Seri ini kerap menggunakan setting kontemporer yang terinspirasi dari lokasi-lokasi di dunia nyata seperti New York dan Miami. Rockstar Games selaku pembuat gim-gim semacam ini kerap menekankan pentingnya detail dan interaksi pemain. Didukung oleh tenaga kerja yang mencapai ratusan hingga ribuan orang, Grand Theft Auto membangun dunia virtual yang mendetail. Mulai dari aspek berkendara, lalu lintas, interaksi fisik, hingga aktivitas olahraga semacam golf atau tenis diimplementasikan dengan tujuan untuk mereplikasi kehidupan di dunia nyata.
Berkat setting realistik namun dengan kebebasan yang jarang ditemui di dunia nyata, pemain dapat melakukan berbagai aksi berbahaya dan menantang sembari duduk nyaman di rumah. Pemain bahkan dapat melakukan aksi kriminal semacam perampokan dan baku tembak yang menjadi daya tarik utama gim Grand Theft Auto. Kebebasan mengeksplorasi gim open world modern juga ditunjang oleh plot cerita yang menarik. Pemain tidak hanya berbuat seenaknya di dunia virtual. Mereka juga disajikan tujuan/ goal dalam bentuk plot cerita bak sebuah novel atau film. Di L.A. Noire, gim yang bersetting di Los Angeles, Amerika Serikat pada era 50an pemain memerankan detektif yang menyelidiki berbagai kasus mulai dari KDRT, kebakaran hingga narkoba dan pembunuhan. Tujuan utama gim ini adalah menangkap penjahat sembari menikmati suasana kota yang autentik seperti di film detektif Hollywood.
Untuk artikel ini penulis mencoba menggali potensi gim open world, khususnya yang lebih condong ke arah realistik namun tetap menyajikan pengalaman unik. Seri Assassin’s Creed dan Watch Dogs buatan Ubisoft.
Mempelajari Sejarah Dunia
Assassin’s Creed merupakan salah satu seri gim open world yang terus menghasilkan entri baru sejak tahun 2007 hingga sekarang. Pemain memerankan jagoan yang menapak tilas kehidupan leluhurnya via dunia virtual. Seri gim ini mencomot mitologi Assassin, grup pembunuh misterius bentukan Hassan al-sabbah pada era kekaisaran Seljuk. Diceritakan grup ini bertahan hingga sekarang dan diam-diam menyelamatkan dunia dengan membunuh penjahat dalam berbagai momen historik. Basis cerita ini yang dijadikan plot Assassin’s Creed.
Dalam setiap gim pemain berkesempatan menjelajahi berbagai setting waktu sejarah, mulai dari Mesir Kuno, Italia abad pertengahan, Perang kemerdekaan Amerika Serikat, hingga Revolusi Prancis dan era industri Inggris. Pemain juga bakal berinteraksi dengan berbagai tokoh sejarah semacam Cleopatra, Leonardo Da Vinci, Sokrates, Sultan Suleiman I, hingga Benjamin Franklin dan Alexander Graham Bell. Sebagai pembunuh (Assassin), pemain juga disuguhkan berbagai momen action yang memacu adrenalin. Pemain ikut berpartisipasi dalam momen penting dan gelap sejarah dunia seperti pembunuhan Julius Caesar, keruntuhan dinasti Borgia, pemancungan Raja Louis XVI, penjarahan Viking dan lain-lain.
Daya tarik utama seri ini adalah rekonstruksi sejarah dan tempat-tempat historik dari berbagai masa. Bila gim open world banyak menempatkan pemain di setting modern, berbeda halnya dengan Assassin’s Creed. Pemain dapat merasakan bagaimana kehidupan di Venesia pada abad pertengahan atau suasana London di era kekuasaan Ratu Victoria. Developers di Ubisoft tidak sembarang memasukkan elemen sejarah ke dalam gim. Mereka melakukan riset dan berkonsultasi dengan sejarawan guna menyajikan dunia yang autentik. Pemain dapat belajar banyak hal dari gim ini, mulai dari sejarah tokoh dunia, arsitektur kuno, hingga artifak dan objek peninggalan sejarah.
Contoh manfaat dunia virtual yang tersaji di Assassin’s Creed dapat dirasakan via implementasi fitur “Discovery Tour”, dimana pemain diajak dalam tur interaktif sejarah memanfaatkan grafis gim. Dalam entri yang bersetting di era Mesir Kuno dan Yunani Kuno, pemain dapat melihat langsung pembuatan mumi, bagian dalam piramida, kemegahan patung dewa-dewi Yunani kuno, hingga rekonstruksi warna bangunan arsitektur sebelum pudar oleh waktu. Pemain dapat berinteraksi langsung atau menyaksikan secara mendetail aspek kehidupan masa lalu melalui tur ini.
Pembelajaran sejarah menjadi mengasyikan bagi kalangan muda yang mungkin kurang tertarik membaca buku atau mendengarkan guru di kelas. Selain itu, minat terhadap sejarah dapat tumbuh dan berkembang dengan sendirinya melalui kreativitas pemain memainkan gim semacam ini. Contoh lainnya pada tahun 2019 terjadi kebakaran yang menghanguskan sebagian bangunan Notre-dame di Paris, Prancis. Ubisoft yang mereplikasi Notre-dame dalam gimnya yang bersetting di era revolusi Prancis beberapa tahun sebelumnya lantas menawarkan data riset dan rekonstruksi 3D Notre-dame dalam gim mereka kepada pemerintah untuk keperluan rekonstruksi. Ubisoft juga memberikan gratis gim mereka sehingga pemain dari berbagai belahan dunia dapat “mengunjungi” Notre-dame secara virtual. Meski pada akhirnya data tersebut tidak digunakan, Ubisoft berhasil menumbuhkan minat dan respon positif dari pemain yang turut menyumbang biaya rekonstruksi ikon sejarah Prancis ini.
Mengintip Bahaya Teknologi
Gim Watch Dogs jauh berbeda dengan gim Assassin’s Creed yang berada di bawah payung yang sama milik Ubisoft. Watch Dogs bersetting di era modern, serupa dengan Grand Theft Auto. Yang membedakanya dari gim buatan Rockstar tersebut adalah fokus terhadap pengaruh teknologi modern seperti internet, smartphone, cloud, CCTV, dan drones dalam kehidupan sehari-hari.
Premis gim ini adalah dunia yang cenderung futuristik dimana berbagai aspek kehidupan manusia bergantung pada teknologi yang dikendalikan korporasi besar semacam google, facebook dan lain-lain. Pemain memerankan hacker yang memberontak melawan dominasi korporasi tersebut. Melalui gim ini kita melihat bagaimana ketergantungan manusia terhadap teknologi rentan disalahgunakan. Perusahaan swasta dapat memata-matai, mencuri data pribadi individu, hingga mengarahkan minat dan opini masyarakat via teknologi.
Berbeda dengan Grand Theft Auto yang bersetting di dunia fiktif yang dibuat semirip mungkin dengan dunia nyata, Watch Dogs bertempat langsung di kota-kota seperti Chicago, San Francisco, dan London. Pemain dapat mengunjungi berbagai destinasi wisata populer seperti Jembatan Golden Gate, Universitas Stanford, Chicago Bay Pier, hingga Big Ben. Karena pemain memerankan hacker, banyak aktivitas yang dilakukan pemain erat kaitannya dengan teknologi atau lokasi-lokasi penting yang penuh kerumunan orang. Pemain dapat meng-hacking ponsel dan laptop orang, mencuri uang di akun ATM, membajak CCTV, hingga mengendalikan lalu lintas lewat sentuhan tombol di smartphone.
Plot dan setting Watch Dogs mengingatkan dengan konsep dunia distopia yang dikendalikan secara otoriter dalam novel karya George Orwell berjudul “1984”. Dalam novel tersebut, masyarakat dimanipulasi dan dikendalikan melalui propaganda yang disebarkan secara luas via teknologi. Watch Dogs menempatkan perusahan teknologi dan pemerintah sebagai otoriter yang mencoba memanipulasi dan menginvasi privasi masyarakat. Tujuan pemain adalah menghancurkan rencana jahat ini dengan mengandalkan kemampuan hacking mereka.
Melalui gim Watch Dogs, pemain khususnya anak muda dapat belajar potensi bahaya teknologi dan bijak dalam menggunakannya. Pemain dapat merasakan langsung pengaruh teknologi dan internet di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Inggris. Selain itu, harapannya gim ini bakal menumbuhkan minat terhadap programming, IT, hingga robotika.
Dunia Virtual Metaverse
Dari kedua contoh gim di atas, kita melihat bagaimana gim open world dapat menyajikan pengalaman menjelajahi masa lalu dan belajar sejarah atau mengandaikan dunia masa depan yang rentan perselisihan dan manipulasi via teknologi. konsep Open World, Sandbox atau dunia virtual telah berkembang jauh dalam industri gaming. Seiring industri yang beranjak dewasa, dunia virtual menjadi semakin kompleks, interaktif, dan memiliki potensi besar. Tak hanya sekedar cap hiburan semata. Sayangnya masih banyak orang yang belum memahami betul kegunaannya.
Belakangan perusahaan teknologi raksasa hingga Pemerintah dengan latah menggaungkan jargon-jargon semacam “Metaverse”, “Virtual Reality”, “Blockchain”, “Web3”, dan sebangsanya guna menarik minat khalayak umum. Mereka memasarkan ide dunia virtual layaknya sebuah tren baru atau terobosan teknologi masa depan. Masyarakat dengan wawasan terbatas tentunya gampang terjebak dalam siasat semacam ini.
Gim open world semacam World of Warcraft dan Second Life telah lama menyajikan ekosistem dan interaksi online antara pemain dari berbagai belahan dunia. Bila World of Warcraft bersetting di dunia fantasi dengan tujuan akhir mengalahkan monster, maka di Second Life pemain dapat menciptakan dunia virtual dan menjalani kehidupan serta berinteraksi layaknya di dunia nyata. Second Life telah lama hadir sejak 2003, jauh sebelum perusahaan-perusahaan mulai membicarakan Metaverse. Beberapa gim online lain yang mengusung konsep open world serupa bahkan menghadirkan sistem ekonomi, hierarki, hingga peluang bisnis dan model interaksi yang jauh lebih kompleks dari tujuan awal gim tersebut.
Akhir kata, dunia virtual sesungguhnya bukanlah konsep baru. Metaverse merupakan upaya perusahaan menggiring orang awam untuk mencoba teknologi yang telah lama dinikmati oleh gamers. Harapannya khalayak umum dan pelaku bisnis bakal menggelontorkan banyak uang untuk merasakan sensasi pengalaman dunia virtual ala open world atau sandbox yang sayangnya sampai sekarang masih primitif. Ketimbang bereksperimen dengan konsep metaverse, akan lebih menguntungkan bagi banyak orang bila perusahaan berlomba-lomba mengembangkan gim open world yang lebih sinematik, imersif, dan mengajarkan generasi muda hal-hal baru sembari bermain di depan layar mereka.
Komentar
Posting Komentar