Ide Kompetisi Europe On Screen

 

Suatu ketika, di awal tahun 2020 saya dimintai oleh seorang kenalan untuk membantunya menyiapkan ide/proposal yang akan diikutsertakan dalam kompetisi pembuatan film pendek bertemakan "Eropa" dari mata orang Indonesia. Kompetisi itu cukup menarik. Calon peserta bisa mengikutsertakan ide-ide film pendek yang akan diadu untuk selanjutnya diberi pendanaan agar dibuat menjadi film pendek. Penyelenggaranya merupakan bagian dari pariwisata & pertukaran budaya uni eropa. Terdapat banyak kompetisi serupa, khususnya di Jakarta & sekitarnya. Jadilah dalam hitungan hari saya diminta menyiapkan sejumlah ide yang mungkin bisa diajukan dalam kompetisi ini. Akhirnya saya menyerahkan daftar ide/logline yang dapat anda baca di bawah.
Yang terjadi selanjutnya kenalan saya tadi memasukkan salah satu logline yang menarik baginya dengan tujuan untuk menyutradarainya jikalau menang. saya sendiri akan dikreditkan sebagai penulis skenarionya nanti. Setelah menunggu beberapa lama kami gagal total dalam seleksi awal. Tapi, terdapat pelajaran berharga yang saya petik dari kesempatan ini. Semoga untuk selanjutnya saya dapat menghasilkan skenario yang lebih baik & terwujud ke layar lebar.

-----

OMAGH

Dua orang sahabat, seorang pribumi dan seorang anak keturunan Tiongkok yang kaya raya memutuskan melanjutkan studi/ kuliah ke Irlandia Utara untuk menghindari kerusuhan 1998 yang semakin memuncak. Si anak pribumi awalnya bimbang dengan ajakan sahabat yang berjanji membantu membiayai kuliahnya di Irlandia Utara dan meninggalkan keluarganya begitu saja di Indonesia. Akhirnya dia setuju dan keduanya nekat berangkat dan menetap di Omagh, Irlandia Utara. Setelah beberapa waktu, tanggal 15 Agustus 1998, keduanya mampir ke sebuah toko untuk menelpon keluarga di Indonesia dan mengabarkan keadaan mereka. Dalam perjalanan pulang, Bom mobil meledak dan menewaskan keduanya.

PAKET HITAM

Seorang supir ojek online mendapat pesanan untuk mengantar paket dari seorang di pelabuhan. Setelah menerima barang, dia dibuat bingung dengan tingkah pemberi paket yang mencurigakan. Si supir diam-diam mengintip isi paket dan mendapati tanaman serba hitam. Si supir curiga bahwa dia kemungkinan mengantar narkoba, namun tetap memilih mengantar paketnya. Dia lalu bertemu dengan tetangganya, seorang polisi patroli, yang juga curiga dengan paket yang diantarnya. Terjadi kejar-kejaran dan petak-umpet antara keduanya. Si supir berhasil mengecoh polisi dan mengantar paket ke sebuah restoran prancis. Setelah diberi penjelasan barulah dia tahu bahwa paketnya merupakan Truffles, rempah eropa berharga mahal.

SEORANG GADIS PERGI MENCARI KEJU

Seorang gadis desa terobsesi memakan pizza. Setelah menonton video resep pizza di internet, si gadis bertekad membuat pizza sendiri. Dia mulai mengumpulkan bahan-bahan namun kesulitan mendapat keju. Si gadis tidak habis akal. Dia berusaha memperoleh susu segar dan membuat sendiri keju. Setelah berulang kali ditolak oleh peternak sapi, Si gadis akhirnya mendapat susu kambing dari seorang penggembala yang lewat di depan rumahnya. Setelah berhasil membuat keju dan Pizza, si gadis menyajikannya ke keluarganya yang tak terkesan dan menyantapnya dengan nasi. Kecewa, si gadis menawarkan potongan pizza ke penggembala dan keduanya makan bersama.

SENYUMAN MONALISA

Awal dekade 2000-an, seorang petugas kebersihan gedung teater tengah mempersiapkan panggung pertunjukan sulap besok. Tiba-tiba, Kakak perempuannya yang sibuk menelpon dan memintanya menjemput sahabat penanya dari eropa bernama Monalisa serta memandunya berwisata di jakarta. Dengan berat hati, tokoh utama menyanggupi. Setelah bertemu, masalah muncul: Monalisa tidak bisa bahasa inggris, melainkan jerman. Tokoh utama yang terpaksa memakai bahasa isyarat dan memandunya keliling Jakarta. Monalisa tidak terkesan. Bingung, Tokoh utama menyelinapkannya ke teater untuk menyaksikan rehersal sulap. Monalisa akhirnya tersenyum. Setelah mengantarnya ke hotel dan bertemu kakaknya, barulah Monalisa berterima kasih dalam bahasa inggris yang patah-patah.

DIPLOMASI DAN NEGOSIASI

Seorang ibu diplomat Belanda hendak masuk ke gedung kedutaan ketika dirinya disergap oleh seorang pemuda lokal. Sang pemuda rupanya mengenakan jaket bom dan merupakan fanatik yang membenci Belanda karena dulu pernah menjajah Indonesia. Terjadi kepanikan di depan kedutaan. Sang diplomat berusaha memadamkan ketegangan sembari menunggu bantuan dengan mengajak bicara sang pemuda. Dia menjelaskan bahwa hubungan kedua negara sudah banyak berubah. Dia meyakinkan sang pemuda dengan menjelaskan pertukaran kebudayaan, seni, hingga pendidikan antar kedua negara. Sang diplomat bahkan menawarkan kue tradisional buatannya kepada sang pemuda. Sang pemuda tersentuh dan akhirnya membatalkan niat jahatnya.

BINTANG KECIL

Seorang pemuda datang les piano pribadi dengan pengajar asing. Sesampainya di lokasi, sang pengajar rupanya tengah sibuk menjamu kerabat yang datang dari Prancis. Pemuda diminta berlatih sendiri di ruang musik. Rupanya di dalam ruangan sudah ada seorang gadis, salah satu kerabat sang pengajar, tengah mengamati piano. Pemuda mencoba mengajaknya ngobrol, namun si gadis pemalu memilih memojokkan diri. Karena kendala bahasa, sang pemuda lanjut berlatih sendiri, sementara si gadis memperhatikan. Pemuda lalu memainkan nada “Twinkle Twinkle Little Star”. Sang gadis yang merasa familiar akhirnya berani mendekat dan duduk di sebelahnya. Keduanya lalu memainkan lagu bersama.

MONTE CRISTO

Dua orang eksekutif muda tengah menyantap makan siang di sebuah restoran. Salah seorang pemuda mulai menceritakan kisah “Count of Monte Cristo” karya Alexandre Dumas; dimana tokoh utamanya dijebak oleh sahabatnya, dipenjara, melarikan diri, lalu menyusun rencana balas dendam. Pemuda kedua, sambil menyantap makanannya, bertanya apa intinya. Pemuda pertama mulai menjelaskan kemiripan kisah tersebut dengan jalan hidupnya dan bagaimana dia juga berencana meracuni sahabatnya yang khianat. Pemuda kedua lantas kaget dan hampir memuntahkan makanannya. Pemuda pertama bercanda. Pemuda kedua lalu permisi ke toilet untuk membersihkan diri. Pemuda pertama berujar kepada dirinya sendiri bahwa “belum saatnya”.

HARGA SEORANG PELUKIS

Seorang seniman kelaparan mencoba menjual lukisannya di jalan namun tidak laku. Setelah membaca buku tentang Vincent van Gogh, si seniman terinspirasi untuk membuat livestreaming dirinya memotong telinganya dan menggunakan darah yang bercucuran sebagai cat lukis. Si seniman mendadak viral dan banyak tawaran datang kepadanya. Untuk beberapa waktu, si seniman menjadi populer. Kemudian tekanan dari kolektor dan penggemarnya memaksa si seniman untuk mengulang lagi aksi nekatnya, kali ini memotong jari. Dalam livestreaming yang sudah dinantikan, Si seniman akhirnya menangis dan mengakui bahwa yang dilakukannya hanya demi mengejar popularitas.

DUA ES KRIM DAN SEBUNGKUS CROISSANT

Dua orang mahasiswi, Mia dan Gadis tengah mengunjungi lokasi wisata populer. Keduanya hobi berfoto selfie dengan turis-turis bule yang ditemui sepanjang perjalanan. Ketika hendak beristirahat di kondo salah satu rest area, keduanya melihat seorang turis wanita Eropa baru saja selesai menelpon seseorang. Obrolannya terdengar intens. Mia dan Gadis ingin berfoto dengan si turis, namun dia malah marah. Gadis mengajak Mia pergi. Mia melihat si turis menangis. Mia bergegas membeli sesuatu dan kembali seraya menyodorkan es krim kepada si turis. Dia menerima es krimnya. Mia duduk dan mulai menawarkan croissant. Suasana perlahan mencair. Keduanya akhirnya berkenalan dan mengobrol.

KETIKA DINDING BERCERITA TENTANG BENUA BIRU

Seorang seniman jalanan tengah menabung untuk membeli motor gede. Tiap hari dia menyisihkan uang ke dalam celengan bertuliskan “Tabungan Motor”. Suatu hari, dia mendapat pekerjaan untuk membuat mural Objek-objek wisata Eropa di dinding sebuah sekolah. Si seniman mulai mencari referensi dan membaca banyak hal seperti Menara Pisa, Arc de Triomphe de I’Etoile, Kincir angin Zaanse Schans, Santorini, dan lain-lain. Semakin jauh, Si seniman semakin terkesan dengan hal-hal yang dipelajarinya. Selesai melukis mural, Si Seniman menyisihkan upahnya dan memasukkannya ke dalam celengen, kali ini telah berganti nama menjadi “Tabungan ke Eropa”.

BLACK DEATH

Pemuda beranjak tidur ketika mendengar suara-suara tikus dari langit-langit kamar. Dia mengabaikannya. Suara-suara semakin intens seraya debu berjatuhan dari langit-langit. Beberapa waktu berlalu, hujan deras. Kamar sang pemuda kebocoran air, bahkan beberapa tetes jatuh menimpa kepalanya. Airnya berwarna kuning gelap seperti pipis. Pemuda perlahan jatuh sakit, jari-jarinya mulai menghitam. Dia mengutuk tikus-tikus di langit-langit. Suara decitan dan kaki tikus semakin kencang. Pemuda mengambil sapu dan mulai menyodok langit-langit hingga suaranya berhenti. Dia pergi tidur. Pemuda bermimpi terikat di atas meja dan orang-orang berjas dengan kepala tikus mulai menggerogoti badannya. Keesokan paginya, pemuda ditemukan tewas dengan sekujur tubuhnya menghitam, serupa lukisan abad pertengahan tentang korban wabah "Black Death". 

-----

Sumber Gambar: Image by Julius Silver from Pixabay

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Persidangan Meja Makan - Pengalaman Membuat Film Pendek

Dilema Pelukis Bernama “Kecerdasan Buatan”

PORTOFOLIO DESAIN GRAFIS