Fenomena Mogok Kerja Penulis Industri Film dan Televisi Modern
Mogok kerja merupakan fenomena yang umum ditemui di lingkungan kerja sejak dulu kala, khususnya di bidang industri. Pekerja rendahan atau buruh merupakan nadi utama jalannya produksi barang dan jasa. Sayangnya, buruh kerap kali disepelekan oleh perusahaan dan institusi yang mempekerjakan mereka. Mulai dari upah atau gaji yang kecil, jadwal kerja yang ketat, lingkungan yang tidak kondusif dan sebagainya. Jadi wajar bila kita mendengar kabar adanya demonstrasi buruh hingga mogok kerja dari waktu ke waktu. Namun, bagaimana jadinya bila yang melakukannya bukanlah buruh pabrik, melainkan penulis hingga bintang film?
Baru-baru ini di awal bulan Mei 2023, kita mendengar berita tentang berlangsungnya aksi mogok kerja di industri perfilman Amerika Serikat, terutama di Hollywood. Ini merupakan bagian dari aksi jangka panjang yang digaungkan oleh Writers Guild of America (WGA), wadah organisasi atau persatuan penulis skenario dan skrip di Amerika Serikat. WGA menaungi pekerja seni, dalam hal ini penulis, baik di medium Televisi, Film, hingga layanan streaming online. Ini bukan kali pertama mogok kerja yang diprakarsai oleh WGA. Sebelumnya WGA pernah menjalankan aksi mogok kerja serupa di akhir tahun 2007 hingga awal tahun 2008 yang berlangsung hingga 100 hari kerja.
Mogok Kerja dan Status Penulis Hollywood
Wacana mogok kerja WGA sudah mulai terdengar sejak pertemuan antara WGA yang mewakili para penulis Hollywood dengan studio film dan televisi di awal tahun 2023. Dalam diskusi enam minggu bersama perwakilan dan pemangku kepentingan (stakeholder) di studio-studio besar Hollywood; termasuk diantaranya Disney, Warner Bros, NBCUniversal hingga Netflix Amazon, dan Apple; tidak diperoleh kesepakatan atau jalan tengah menyikapi isu-isu yang dilontarkan oleh WGA. Isu-isu yang dibahas dalam forum ini menyangkut keberlangsungan hidup profesi penulis kedepannya paska pandemik Covid-19 dan kesuksesan layanan streaming.
Paska kegagalan forum diskusi, WGA merilis ringkasan kesimpulan pertemuan tersebut beserta tuntutan mereka dan respon perwakilan studio Hollywood. Langkah ini dilakukan sebagai bentuk transparansi dan untuk menarik perhatian khalayak umum terhadap problematika penulis. Isi tuntutan mencangkup diantaranya tiga pilar utama yaitu: kompensasi dan residu, skema pensiun dan jaminan kesehatan, hingga standar profesi dan perlindungan status kepegawaian penulis di masa mendatang. WGA juga mengutuk cara studio modern mengkategorikan penulis sebagai kerja kontrak atau sampingan (gig job) ketimbang pekerjaan tetap dengan status kepegawaian yang jelas.
Lebih rinci, WGA menjelaskan tiap poin tuntutan mereka via pranala situs organisasi. Tuntutan tersebut antara lain berupa kontribusi studio dalam pendanaan uang pensiun dan jaminan kesehatan yang lebih besar, peningkatan kompensasi minimum di semua lini, standarisasi syarat atau aturan kompensasi dan residu hasil karya penulis yang ditayangkan di bioskop hingga layanan streaming, hingga penepatan upah minimum untuk penulis acara komedi dan variety televisi. WGA juga menginginkan jaminan kompensasi selama tahapan pra-produksi hingga paska-produksi dan menghentikan budaya “mini-rooms”, dimana para penulis sebuah seri atau acara TV dikumpulkan dalam ruang redaksi atau penulis (writer room) untuk menggodok konsep tanpa diberi kepastian apakah proyek itu bakal mendapat lampu hijau. Taktik ini digunakan studio dan televisi untuk mengukur potensi suatu konsep acara tanpa menghabiskan dana terlebih dahulu untuk syuting atau membayar kompensasi penulis.
Selain itu, WGA juga menuntut sejumlah perubahan atau penambahan aturan baru diantaranya regulasi terhadap penggunaan material yang dihasilkan memakai teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI), kejelasan opsi dan hak dalam kontrak kepegawaian penulis di program televisi, perubahan terhadap mekanisme kompensasi atau upah kontrak di bawah batas minimum, regulasi terhadap diskriminasi ras di lingkungan kerja dan kesetaraan pembayaran gaji. Poin terkait penggunaan teknologi kecerdasan buatan tergolong menarik karena belakangan ini mulai bermunculan program semacam ChatGPT yang dapat membuat berbagai karya tulis layaknya manusia, termasuk skenario film dan televisi. WGA khawatir AI bakal digunakan untuk merevisi tulisan manusia atau bahkan menggantikan sepenuhnya pekerjaan penulis membuat cerita dan skenario.
Realita yang terjadi di lapangan adalah banyak penulis yang harus bertahan hidup dari upah minimum kerja tanpa kejelasan kompensasi dan residu hasil karya mereka yang terealisasi. Meski situasi di dunia perfilman dan televisi terus berubah mengikuti zaman, namun hal yang sama kerap kali tidak berlaku bagi penulis. Streaming film dan seri TV mengakibatkan munculnya celah dalam skema residu atau royalti yang ada saat ini. Celah ini yang kerap dieksploitasi oleh studio atau distributor dan berimbas pada upah penulis. Dalam skema umumnya penulis akan mendapat royalti dari rilis bioskop, penayangan ulang di televisi, penjualan fisik dan rental DVD dan bluray hingga bertahun-tahun. Besar royalti dihitung berdasarkan besar angka penjualan atau berapa kali penayangan ulang. Namun, dengan kehadiran model streaming hal ini sulit dilakukan. Model streaming yang bisa ditonton di mana saja dan kapan saja serta tolak ukur atau performa penayangan yang kerap dirahasiakan layanan streaming terkesan mencurangi kru film dan seri TV, termasuk penulis.
Sebagai contoh, Alex O’Keefe (28) yang bekerja sebagai penulis pidato untuk senator Elizabeth Warren sebelum akhirnya beralih menjadi penulis skenario mengalami kesulitan keuangan meski terlibat dalam seri TV sukses. Kepada The New Yorker O’Keefe menceritakan bahwa ketika mendapat pekerjaan sebagai salah satu penulis seri drama komedi “The Bear” untuk FX dia tinggal di apartemen kecil di Brooklyn dan harus membawa laptop ke perpustakaan umum karena listrik yang kerap terputus. Ketika akhirnya “The Bear” memenangkan penghargaan seri komedi terbaik di WGA, tabungan O’Keefe telah habis. Dia harus menggunakan kartu kredit alias berhutang membeli dasi guna menghadiri anugerah penghargaan tersebut.
Wacana mogok kerja WGA sudah mulai terdengar sejak pertemuan antara WGA yang mewakili para penulis Hollywood dengan studio film dan televisi di awal tahun 2023. Dalam diskusi enam minggu bersama perwakilan dan pemangku kepentingan (stakeholder) di studio-studio besar Hollywood; termasuk diantaranya Disney, Warner Bros, NBCUniversal hingga Netflix Amazon, dan Apple; tidak diperoleh kesepakatan atau jalan tengah menyikapi isu-isu yang dilontarkan oleh WGA. Isu-isu yang dibahas dalam forum ini menyangkut keberlangsungan hidup profesi penulis kedepannya paska pandemik Covid-19 dan kesuksesan layanan streaming.
Paska kegagalan forum diskusi, WGA merilis ringkasan kesimpulan pertemuan tersebut beserta tuntutan mereka dan respon perwakilan studio Hollywood. Langkah ini dilakukan sebagai bentuk transparansi dan untuk menarik perhatian khalayak umum terhadap problematika penulis. Isi tuntutan mencangkup diantaranya tiga pilar utama yaitu: kompensasi dan residu, skema pensiun dan jaminan kesehatan, hingga standar profesi dan perlindungan status kepegawaian penulis di masa mendatang. WGA juga mengutuk cara studio modern mengkategorikan penulis sebagai kerja kontrak atau sampingan (gig job) ketimbang pekerjaan tetap dengan status kepegawaian yang jelas.
Lebih rinci, WGA menjelaskan tiap poin tuntutan mereka via pranala situs organisasi. Tuntutan tersebut antara lain berupa kontribusi studio dalam pendanaan uang pensiun dan jaminan kesehatan yang lebih besar, peningkatan kompensasi minimum di semua lini, standarisasi syarat atau aturan kompensasi dan residu hasil karya penulis yang ditayangkan di bioskop hingga layanan streaming, hingga penepatan upah minimum untuk penulis acara komedi dan variety televisi. WGA juga menginginkan jaminan kompensasi selama tahapan pra-produksi hingga paska-produksi dan menghentikan budaya “mini-rooms”, dimana para penulis sebuah seri atau acara TV dikumpulkan dalam ruang redaksi atau penulis (writer room) untuk menggodok konsep tanpa diberi kepastian apakah proyek itu bakal mendapat lampu hijau. Taktik ini digunakan studio dan televisi untuk mengukur potensi suatu konsep acara tanpa menghabiskan dana terlebih dahulu untuk syuting atau membayar kompensasi penulis.
Selain itu, WGA juga menuntut sejumlah perubahan atau penambahan aturan baru diantaranya regulasi terhadap penggunaan material yang dihasilkan memakai teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI), kejelasan opsi dan hak dalam kontrak kepegawaian penulis di program televisi, perubahan terhadap mekanisme kompensasi atau upah kontrak di bawah batas minimum, regulasi terhadap diskriminasi ras di lingkungan kerja dan kesetaraan pembayaran gaji. Poin terkait penggunaan teknologi kecerdasan buatan tergolong menarik karena belakangan ini mulai bermunculan program semacam ChatGPT yang dapat membuat berbagai karya tulis layaknya manusia, termasuk skenario film dan televisi. WGA khawatir AI bakal digunakan untuk merevisi tulisan manusia atau bahkan menggantikan sepenuhnya pekerjaan penulis membuat cerita dan skenario.
Realita yang terjadi di lapangan adalah banyak penulis yang harus bertahan hidup dari upah minimum kerja tanpa kejelasan kompensasi dan residu hasil karya mereka yang terealisasi. Meski situasi di dunia perfilman dan televisi terus berubah mengikuti zaman, namun hal yang sama kerap kali tidak berlaku bagi penulis. Streaming film dan seri TV mengakibatkan munculnya celah dalam skema residu atau royalti yang ada saat ini. Celah ini yang kerap dieksploitasi oleh studio atau distributor dan berimbas pada upah penulis. Dalam skema umumnya penulis akan mendapat royalti dari rilis bioskop, penayangan ulang di televisi, penjualan fisik dan rental DVD dan bluray hingga bertahun-tahun. Besar royalti dihitung berdasarkan besar angka penjualan atau berapa kali penayangan ulang. Namun, dengan kehadiran model streaming hal ini sulit dilakukan. Model streaming yang bisa ditonton di mana saja dan kapan saja serta tolak ukur atau performa penayangan yang kerap dirahasiakan layanan streaming terkesan mencurangi kru film dan seri TV, termasuk penulis.
Sebagai contoh, Alex O’Keefe (28) yang bekerja sebagai penulis pidato untuk senator Elizabeth Warren sebelum akhirnya beralih menjadi penulis skenario mengalami kesulitan keuangan meski terlibat dalam seri TV sukses. Kepada The New Yorker O’Keefe menceritakan bahwa ketika mendapat pekerjaan sebagai salah satu penulis seri drama komedi “The Bear” untuk FX dia tinggal di apartemen kecil di Brooklyn dan harus membawa laptop ke perpustakaan umum karena listrik yang kerap terputus. Ketika akhirnya “The Bear” memenangkan penghargaan seri komedi terbaik di WGA, tabungan O’Keefe telah habis. Dia harus menggunakan kartu kredit alias berhutang membeli dasi guna menghadiri anugerah penghargaan tersebut.
Situasi yang Kembali Terulang
Seperti yang telah disinggung di awal, mogok kerja WGA terakhir terjadi antara 2007-2008 dan berlangsung selama kurang lebih 100 hari. Selama periode tersebut, sejumlah acara televisi hingga produksi film perlahan merasakan imbasnya. Acara TV yang ditayangkan langsung (live) seperti acara bincang malam dan sketsa komedi harus berhenti berproduksi karena penulis dan staf produksi lain yang bersimpati memilih mogok kerja. Sejumlah stasiun TV Amerika harus mengandalkan penayangan ulang rekaman atau mengganti acara TV di slot jam tersebut.
Sejumlah seri TV dan film yang tengah atau akan memasuki tahap produksi harus ditunda atau menemukan cara lain melanjutkan syuting di tengah mogok kerja WGA. Salah satu contoh yang paling terkenal adalah film mata-mata James Bond “Quantum of Solace” yang memaksakan memulai produksi di tengah mogok kerja. Menurut rumor yang beredar, aktor Daniel Craig bahkan harus berimprovisasi dan menulis sendiri dialognya meski naskahnya belum selesai akibat penulis skenario yang berhenti dan ikut mogok kala itu. Akhirnya Quantum of Solace kerap dianggap sebagai salah satu film James Bond terburuk dalam sejarah dengan jalan cerita yang tidak masuk akal.
Mogok kerja WGA kali ini merupakan yang pertama dalam 15 tahun terakhir. Dampaknya mulai dirasakan dari televisi hingga film. Acara bincang malam yang ditayangkan live memutuskan menghentikan produksi untuk sementara waktu. Malam anugerah penghargaan teater Tony Awards yang rencananya akan ditayangkan di TV pada bulan Juni 2023 kemungkinan harus ditunda bila mogok terus berlangsung. Seri TV raksasa semacam “House of The Dragon” milik HBO dan “Rings of Power” milik Amazon mengklaim bakal terus melanjutkan produksi atau proses syuting meski mogok kerja masih berlangsung. Mereka berdalih bahwa seluruh naskah skenario telah lengkap dan selesai ditulis dan akan melanjutkan produksi meski tanpa penulis untuk mengawasi dan atau merevisi skenario selama syuting.
Sementara itu, di bidang film mogok kerja menghentikan tahapan pra-produksi film Blade milik Marvel dan Disney. Film yang bakal dibintangi aktor Mahershala Ali ini telah cukup lama terhambat. Sebelumnya proyek film ini harus mencari sutradara baru akibat perbedaan visi dengan sutradara sebelumnya. Kini, skenario proyek film Blade tengah dirombak dan ditulis ulang dengan harapan dapat memulai syuting setelah mogok WGA berakhir.
Di luar judul-judul tersebut, diperkirakan terdapat proyek seri TV atau film lainnya yang belum diumumkan oleh studio Hollywood. Sebagian besar proyek ini mungkin harus ditunda atau dibatalkan sebagai dampak mogok penulis yang masih berlangsung.
Seperti yang telah disinggung di awal, mogok kerja WGA terakhir terjadi antara 2007-2008 dan berlangsung selama kurang lebih 100 hari. Selama periode tersebut, sejumlah acara televisi hingga produksi film perlahan merasakan imbasnya. Acara TV yang ditayangkan langsung (live) seperti acara bincang malam dan sketsa komedi harus berhenti berproduksi karena penulis dan staf produksi lain yang bersimpati memilih mogok kerja. Sejumlah stasiun TV Amerika harus mengandalkan penayangan ulang rekaman atau mengganti acara TV di slot jam tersebut.
Sejumlah seri TV dan film yang tengah atau akan memasuki tahap produksi harus ditunda atau menemukan cara lain melanjutkan syuting di tengah mogok kerja WGA. Salah satu contoh yang paling terkenal adalah film mata-mata James Bond “Quantum of Solace” yang memaksakan memulai produksi di tengah mogok kerja. Menurut rumor yang beredar, aktor Daniel Craig bahkan harus berimprovisasi dan menulis sendiri dialognya meski naskahnya belum selesai akibat penulis skenario yang berhenti dan ikut mogok kala itu. Akhirnya Quantum of Solace kerap dianggap sebagai salah satu film James Bond terburuk dalam sejarah dengan jalan cerita yang tidak masuk akal.
Mogok kerja WGA kali ini merupakan yang pertama dalam 15 tahun terakhir. Dampaknya mulai dirasakan dari televisi hingga film. Acara bincang malam yang ditayangkan live memutuskan menghentikan produksi untuk sementara waktu. Malam anugerah penghargaan teater Tony Awards yang rencananya akan ditayangkan di TV pada bulan Juni 2023 kemungkinan harus ditunda bila mogok terus berlangsung. Seri TV raksasa semacam “House of The Dragon” milik HBO dan “Rings of Power” milik Amazon mengklaim bakal terus melanjutkan produksi atau proses syuting meski mogok kerja masih berlangsung. Mereka berdalih bahwa seluruh naskah skenario telah lengkap dan selesai ditulis dan akan melanjutkan produksi meski tanpa penulis untuk mengawasi dan atau merevisi skenario selama syuting.
Sementara itu, di bidang film mogok kerja menghentikan tahapan pra-produksi film Blade milik Marvel dan Disney. Film yang bakal dibintangi aktor Mahershala Ali ini telah cukup lama terhambat. Sebelumnya proyek film ini harus mencari sutradara baru akibat perbedaan visi dengan sutradara sebelumnya. Kini, skenario proyek film Blade tengah dirombak dan ditulis ulang dengan harapan dapat memulai syuting setelah mogok WGA berakhir.
Di luar judul-judul tersebut, diperkirakan terdapat proyek seri TV atau film lainnya yang belum diumumkan oleh studio Hollywood. Sebagian besar proyek ini mungkin harus ditunda atau dibatalkan sebagai dampak mogok penulis yang masih berlangsung.
Respon Studio dan Industri Hollywood
Studio film dan televisi kini dihadapkan pada sebuah dilema. Bila bercermin dari aksi mogok WGA sebelumnya ada kemungkinan aksi kali ini akan berlangsung untuk waktu yang cukup lama. Beberapa mulai memaksa Showrunner, istilah bagi penulis atau sutradara yang merangkap sebagai produser dan bertanggung jawab menjalankan acara TV, untuk tetap memenuhi kewajibannya diluar tugas penulis. Sebagian mulai mencari pengganti, utamanya penulis yang tidak terikat atau bergabung dengan asosiasi WGA.
Terkait penolakan terhadap sejumlah tuntutan WGA, termasuk diantaranya berkaitan dengan program AI, sejumlah studio Hollywood dikabarkan tengah mengeksplorasi pemanfaatan teknologi ini. Mereka tengah mempertimbangkan penggunaan program AI untuk menganalisis isi buku novel dan karya literatur klasik yang telah digitalisasi. Lalu memerintahkan AI untuk menulis naskah adaptasi dalam waktu relatif singkat. Naskah ini selanjutnya akan direvisi dan dikoreksi oleh manusia setelah mogok WGA berakhir. Hal ini yang dikhawatirkan oleh WGA akan mengkerdilkan peran penulis kedepannya atau bahkan mengakhiri profesi ini. Selain itu, perdebatan terkait etika penggunaan AI dan plagiarisme karya tulis menjadi subjek yang sensitif dan urgen dibahas.
Insan perfilman hingga presiden Amerika Serikat ikut merespon aksi mogok kerja kali ini. Aktris dan presenter Drew Barrymore mengundurkan diri dari posisi presenter ajang penghargaan MTV Movie Awards sebagai bentuk dukungan aksi mogok. Sutradara Christopher Nolan yang sering menulis skenario film bersama adiknya, Jonathan Nolan, terlihat ikut serta dalam demonstrasi di depan studio Paramount Pictures. Aktor-aktor seperti Rob Lowe, Tina Fey, Jason Sudeikis, Bob Odenkirk, hingga Susan Sarandon juga terlihat ikut berdemonstrasi bersama para penulis dan anggota WGA di berbagai tempat. Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, turut mengutarakan harapannya agar mogok segera berakhir dan penulis mendapat kesepakatan yang adil di sela-sela sambutannya pada penayangan seri streaming Disney “American Born Chinese” di gedung putih baru-baru ini.
Studio film dan televisi kini dihadapkan pada sebuah dilema. Bila bercermin dari aksi mogok WGA sebelumnya ada kemungkinan aksi kali ini akan berlangsung untuk waktu yang cukup lama. Beberapa mulai memaksa Showrunner, istilah bagi penulis atau sutradara yang merangkap sebagai produser dan bertanggung jawab menjalankan acara TV, untuk tetap memenuhi kewajibannya diluar tugas penulis. Sebagian mulai mencari pengganti, utamanya penulis yang tidak terikat atau bergabung dengan asosiasi WGA.
Terkait penolakan terhadap sejumlah tuntutan WGA, termasuk diantaranya berkaitan dengan program AI, sejumlah studio Hollywood dikabarkan tengah mengeksplorasi pemanfaatan teknologi ini. Mereka tengah mempertimbangkan penggunaan program AI untuk menganalisis isi buku novel dan karya literatur klasik yang telah digitalisasi. Lalu memerintahkan AI untuk menulis naskah adaptasi dalam waktu relatif singkat. Naskah ini selanjutnya akan direvisi dan dikoreksi oleh manusia setelah mogok WGA berakhir. Hal ini yang dikhawatirkan oleh WGA akan mengkerdilkan peran penulis kedepannya atau bahkan mengakhiri profesi ini. Selain itu, perdebatan terkait etika penggunaan AI dan plagiarisme karya tulis menjadi subjek yang sensitif dan urgen dibahas.
Insan perfilman hingga presiden Amerika Serikat ikut merespon aksi mogok kerja kali ini. Aktris dan presenter Drew Barrymore mengundurkan diri dari posisi presenter ajang penghargaan MTV Movie Awards sebagai bentuk dukungan aksi mogok. Sutradara Christopher Nolan yang sering menulis skenario film bersama adiknya, Jonathan Nolan, terlihat ikut serta dalam demonstrasi di depan studio Paramount Pictures. Aktor-aktor seperti Rob Lowe, Tina Fey, Jason Sudeikis, Bob Odenkirk, hingga Susan Sarandon juga terlihat ikut berdemonstrasi bersama para penulis dan anggota WGA di berbagai tempat. Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, turut mengutarakan harapannya agar mogok segera berakhir dan penulis mendapat kesepakatan yang adil di sela-sela sambutannya pada penayangan seri streaming Disney “American Born Chinese” di gedung putih baru-baru ini.
Seiring aksi mogok kerja yang dimulai pada tanggal 2 Mei 2023 memasuki minggu ketiga, keempat, dan seterusnya akan menarik melihat apakah WGA dan Hollywood dapat mencapai sebuah kesepakatan atau jalan tengah guna mengakhiri aksi. Pada akhirnya mesin-mesin Hollywood tidak akan dapat berjalan tanpa penulis yang menghasilkan kisah-kisah baru untuk diadaptasi. Para penulis pun hanya menginginkan imbalan yang setimpal dari pekerjaan yang mereka cintai ini.
Komentar
Posting Komentar