Ken Akamatsu: Dari Komikus Menjadi Anggota Parlemen Jepang
Politik dan perkomikan mungkin dua dunia yang berbeda jauh dan bahkan saling bertolak belakang. Namun hal ini tidak menghentikan seorang komikus untuk mencoba peruntungannya mencalonkan diri dalam pemilu legislatif di Jepang. Ken Akamatsu merupakan seorang komikus senior di Jepang. Pada tahun 2022 dia mencalonkan diri di pemilu majelis tinggi Jepang melalui Partai Demokrat Liberal dan terpilih sebagai anggota parlemen. Ini pertama kalinya seorang mangaka, istilah untuk seniman komik jepang atau manga, menduduki jabatan politik di Parlemen Diet Nasional Jepang.
Ken Akamatsu sendiri bukan nama yang asing di dunia seni dan perkomikan. Dia merupakan kreator sejumlah judul manga populer semacam Love Hina, Negima, dan UQ Holder. Minat Ken Akamatsu terhadap manga dan komik sudah terlihat semenjak muda. Akamatsu awalnya membuat sejumlah kreasi fans dari karya-karya seni populer di Jepang yang dijualnya sendiri atau yang dikenal sebagai Doujin semasa di bangku kuliah. Pada 1993, bakatnya membuat komik dilirik oleh publikasi resmi. Akhirnya Akamatsu merintis karir sebagai mangaka profesional. Karya debutnya memenangkan penghargaan yang lalu diikuti dengan serialisasi judul manga perdananya di majalah mingguan Weekly Shonen Magazine.
Kesuksesan judul-judul semacam Love Hina dan Negima berujung pada adaptasi seri TV, animasi, pertunjukan teater, dan lain-lain. Meski populer, karya-karya Akamatsu sendiri tidak ditujukan untuk pembaca anak-anak. Manga buatannya lebih ditargetkan untuk pembaca dewasa atau 17 tahun ke atas. Di Indonesia sendiri, judul semacam Negima diterbitkan oleh Elex Media Komputindo via subdivisi Level Comics akibat konten erotis dan kekerasan yang termuat di dalamnya.
Akamatsu juga tergolong sebagai salah satu mangaka senior yang terdepan mengikuti kemajuan zaman. Sepanjang karirnya dia cukup cepat mengimplementasikan inovasi teknologi atau membahas elemen sains modern dalam karyanya. Akamatsu beralih menggunakan aplikasi gambar dan tablet digital ketimbang metode analog atau manual berupa gambar tinta di atas kertas. Dia juga tidak segan menggunakan aplikasi arsitektur 3D untuk menghasilkan detail latar/ background dan bangunan dalam manga ciptaannya.
Selain terus berinovasi, Akamatsu dikenal vokal dan aktif dalam menyuarakan pendapatnya terkait kebebasan berekspresi di Jepang. Bila sebagian mangaka lebih nyaman menyembunyikan identitasnya guna menjaga privasi pribadi dari khalayak umum, Akamatsu justru kebalikannya. Dia bergabung dalam Asosiasi Kartunis Jepang (Japan Cartoonists Association/ JCA) sebagai juru bicara pada 2013. Di JCA dia menyampaikan keluh kesah pekerja industri kreatif, khususnya mangaka dan kartunis, terkait aturan dan regulasi baru di Jepang kepada Parlemen Diet Nasional. Beberapa regulasi yang menjadi perhatiannya diantaranya terkait publikasi dan distribusi karya atau kreasi fans, hak kekayaan intelektual, pembajakan manga ilegal, pengaruh asing dan pasar internasional, hingga sensor konten dewasa dan pornografi dalam manga dan animasi.
Pada awal 2022 Akamatsu memutuskan pensiun sebagai mangaka dan mencalonkan diri sebagai anggota parlemen dengan tujuan membawa perubahan dan perhatian terhadap industri kreatif Jepang. Didukung oleh Partai Demokrat Liberal, Akamatsu berkampanye ke seluruh daerah di Jepang sebelum akhirnya memperoleh jumlah suara dalam perebutan kursi parlemen di pemilu 10 Juli 2022. Dia terpilih sebagai anggota Majelis Tinggi Parlemen untuk masa jabatan enam tahun.
Setelah dilantik sebagai anggota parlemen, Akamatsu mencoba fokus membahas isu-isu yang berkaitan dengan preservasi dan pengarsipan karya-karya semacam gim video dan komik lawas jepang yang sudah tidak diterbitkan lagi atau kini sulit diperoleh. Di sela kesibukannya dia juga tetap mendukung industri perkomikan termasuk kreasi fans dengan berpartisipasi dalam eksibisi atau event doujin lokal. Melalui media sosialnya, Akamatsu tergolong aktif dan transparan menyampaikan rangkaian kegiatan hingga program kerjanya kepada khalayak umum termasuk para penggemarnya semasa menjadi mangaka.
Dengan menggunakan latar belakangnya sebagai mangaka, Ken Akamatsu kerap mengunggah gambar komik yang menceritakan kesehariannya. Mulai dari kegiatannya sebagai anggota parlemen, rencana proposal yang tengah digodok, informasi menarik terkait mekanisme kerja Parlemen, dan lain-lain. Menyambut pergelaran puncak organisasi negara maju G-7 yang diselenggarakan di Jepang tahun ini, Akamatsu dan anggota parlemen lain bertatap muka dan berdiskusi dengan diplomat dan duta besar negara-negara bersangkutan. Dalam kunjungan kerjanya, Akamatsu menyempatkan diri memberi suvenir unik berupa potret kepala negara yang dilukisnya kepada perwakilan negara anggota G-7. Interaksi ini turut diunggahnya ke media sosial.
【G7 Leaders' Portraits:Part6】
— G7広島サミット事務局 (@G7_Mofa_Japan) May 12, 2023
Manga artist/Diet member @KenAkamatsu has drawn a portrait of US President Joe Biden and handed it to Ambassador Emanuel. The portrait will be presented to the🇺🇸President via the @usembassytokyo!
We look forward to welcoming the President🇺🇸🤝🇯🇵 pic.twitter.com/Ua654NKDNY
Meski baru menjabat selama kurang lebih setahun, Ken Akamatsu cukup menikmati kesibukannya sebagai anggota parlemen Jepang. Masyarakat umum hingga pengamat menantikan sepak terjang mangaka yang telah berkecimpung selama tiga dekade di dunia perkomikan jepang ini. Tantangan dan isu baru mulai bermunculan, salah satunya terkait kecerdasan buatan atau AI.
Etika pemanfaatan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/ AI) dalam produksi karya seni mulai menjadi sorotan. Banyak pelukis dan komikus yang merasa dirugikan dengan kehadiran AI karena untuk melatih kecerdasan buatan diperlukan input data berupa hasil karya lukisan atau ilustrasi yang selanjutnya diolah dan diimitasi oleh AI dalam hitungan menit atau bahkan detik. Banyak karya seni yang digunakan untuk melatih AI tidak meminta izin atau persetujuan dari seniman dan pemilik hak cipta. Selain itu, terdapat sejumlah pihak tidak bertanggung jawab yang menggunakan karya buatan AI demi memperoleh profit atau berbohong dengan mengklaim sebagai seniman sungguhan.
Ken Akamatsu dan beberapa anggota parlemen lain mulai melontarkan ide-ide dan diskusi terkait AI dengan penggiat seni Jepang. Terdapat wacana untuk memperkenalkan panduan khusus penggunaan AI di industri kreatif Jepang. Namun sayangnya hingga kini belum ada kemajuan terkait wacana tersebut di Parlemen Diet Nasional Jepang. Perhatian Akamatsu sendiri terkesan terbagi antara tanggung jawabnya sebagai anggota partai dan parlemen, advokasinya terhadap perlindungan hak cipta mangaka, dan minatnya dalam inovasi dan perkembangan teknologi. Akan menarik melihat langkah apa yang akhirnya bakal diambil Ken Akamatsu dan koleganya di parlemen untuk menjawab isu ini.
Komentar
Posting Komentar