Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2023

Informasi Resi - Bagian 4

Tak berapa lama setelah itu, Rizal memberikan kabar gembira. Modus penipuan baru mereka telah membuahkan hasil, bahkan sampai diliput di berita media TV dan koran nasional. Baik TV, radio, koran hingga media sosial ramai-ramai memberi peringatan dan himbauan kepada masyarakat untuk menghindari kebocoran data dan informasi pribadi mereka kepada penipu. Karena semua perhatian baru ini, Rizal menginstruksikan Fajar dan Ian untuk bersembunyi sementara waktu dan tidak mencoba menghubunginya. Dia berjanji akan memberikan imbalan kepada keduanya setelah situasi tenang. Ian tidak sabar dan khawatir kalau mereka juga bakal ditipu oleh Rizal. Fajar sendiri cenderung masa bodoh. Dia tidak terlalu mempermasalahkan situasi ini karena dia masih menyimpan sejumlah uang hasil “membantu” para penipu selama ini. Selang beberapa bulan berlalu Rizal menepati janjinya. Dengan senyum sumringah dia memberikan dua amplop tebal kepada Fajar dan Ian. Sebagai ucapan terima kasih, Rizal bahkan mentraktir keduan...

Informasi Resi - Bagian 3

Beberapa bulan berlalu. Fajar dan Ian telah beberapa kali “berbisnis” dengan Rizal. Mereka telah menyuplai informasi resi dari sebagian besar warga di kelurahan itu. Fajar yakin sudah hampir tidak ada yang tersisa. Kemungkinan mereka harus menunggu tahun ajaran baru ketika penghuni kost berganti dan calon mahasiswa baru bermunculan. Hari ini Fajar rehat memulung sampah. Dia menghabiskan sebagian besar waktu liburnya di pusat permainan Arcade di mall. Permainan favoritnya adalah basket dan balapan. Sutu ketika, selepas bermain Fajar berpapasan dengan Rizal yang tengah membagikan pamflet layaknya seorang sales. “Oh, hi. Fajar kan? Ini aku Rizal. Ingat?”, sapanya. “Siang, mas Rizal. Gak nyangka ketemu di sini. Sehat?”. Fajar mengulurkan tangannya mengajak bersalaman. Rizal mengulurkan tangannya, lalu seketika menarik Fajar menjauh dari kerumuman. “Sini. Ada yang mau aku bicarakan.”, Rizal buru-buru memaksa. Setelah dirasa aman, Rizal kembali membuka pembicaraaan. “Jadi gini. Aku te...

Informasi Resi - Bagian 2

Suatu hari, rekan Fajar sesama pemulung yang lebih tua lima tahun darinya, Ian, melakukan hal aneh di sela-sela istirahat rutinitas mereka. Dia membongkar tiap bungkusan dan kemasan di pick-up dan memungut sejumlah sobekan kertas kecil. Fajar bertanya apa yang dilakukannya. Iwan menjawab. “Ini gue ada peluang bisnis baru. Tertarik gak?”, ujarnya seraya tersenyum lebar. “Gak. Palingan yang aneh-aneh lagi.”, jawab Fajar ketus. “Ehh, dengar dulu lah.” Ian duduk di sebelah Fajar. “Loe liat ini kan?”, dia mengibaskan kertas yang dipungutnya tadi di depan muka Fajar. Itu adalah kertas resi paket belanja online. Terpampang jelas nama, alamat, dan nomor telepon penerimanya. Fajar diam tak peduli. “Jadi gini. Kemarin ada orang nanya-nanya gitu di jalan. Katanya dia dari semacam perusahaan jasa sedang nyari data-data masyarakat untuk disurvei, khusus yang suka belanja online. Dia nawarin uang jika gue bisa ngumpulin kertas ini.” “Ohh.”, Fajar mulai menunjukkan ketertarikannya. Dia merasa ...

Informasi Resi - Bagian 1

Suara krasak-krusuk terdengar dari balik pagar sebuah kost-kostan putri. Di balik pagar terdapat tempat pembuangan sampah bagi gadis-gadis penghuni kost. Tapi bukan anjing atau kucing yang tengah mengobrak-abrik tempat sampah di pagi buta ini, melainkan seorang pemulung. Penampilannya cukup memprihatinkan. Kulitnya hitam gelap akibat terlalu lama berjemur di bawah matahari. Pakaiannya compang-camping dan kotor, hanya mengenakan kaos bekas partai dan celana pendek yang dipotong dari jeans tua dipadukan dengan topi butut yang karetnya sudah hampir lepas. Namun, yang mengejutkan adalah usia pemulung itu masih sangat muda. Fajar itulah namanya. Usianya mungkin masih belasan tahun. Dia putus sekolah sudah cukup lama. Setidaknya dia mampu belajar baca, tulis, dan berhitung. Sehari-hari dia membantu orangtuanya yang juga bekerja sebagai pemulung di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan berjualan seadanya. Fajar membantu ayah dan beberapa kenalannya untuk mengumpulkan sampah di sebuah kawasan k...

Labirin Tak Berujung - Bagian 4

Dinginnya lantai membangunkannya dari tidur. Iwan mencoba duduk dan menganalisis situasinya sekarang. Apa yang disaksikannya semalam ibarat film monster yang menjadi kenyataan. Sekujur tubuhnya merinding membayangkan situasi semalam. Dia harus segera keluar dari perumahan ini. Iwan mencoba merasakan luka di kepala dan memar di kakinya. Tidak lagi terasa sakit ketika disentuh. Dia lalu mencoba berdiri. Setelah beberapa kali gagal, Iwan kini dapat berdiri sempoyongan. Dia mencoba berjalan. Memar kakinya membuatnya sulit berjalan apalagi berlari. Namun dia tidak punya pilihan. Iwan mengecek HP-nya yang jatuh kemarin. Layarnya retak, namun masih menyala. Syukurlah. Dia melihat foto terakhir yang diambilnya kemarin. Sebuah bangunan bertingkat yang cukup tinggi menyerupai peternakan sarang walet. Kemarin dia sempat mendapat sinyal kecil di atap. Barangkali bila dia mencapai puncak bangunan di foto dia akhirnya dapat menghubungi “dunia luar”. Sekarang pertanyaanya adalah bagaimana caranya ...

Labirin Tak Berujung - Bagian 3

Iwan perlahan membuka matanya. Di hadapannya terbentang langit berawan, namun kali ini lebih gelap dari yang diingatnya. Dingin, pikirnya. Dia mencoba bangun. Namun, mendadak sakit yang tak tertahankan menjalar ke seluruh badannya. Dia baru saja jatuh dari atap ketika mencari sinyal HP. Atau setidaknya itu yang dia rasakan. Langit sudah berubah gelap pertanda malam tiba. Sudah berapa lama dia pingsan? Sial. Iwan mulai menggerakan badannya secara perlahan. Pertama jemarinya. Tidak masalah. Lalu lengannya. Agak berat, tapi dia bisa mengangkat keduanya. Iwan mencoba menggerakkan kepalanya. Bagian belakang kepalanya terasa dingin dan lengket. Air? Tangan Iwan mulai menyusuri bagian belakang kepalanya. Lengket sekali. Terasa seperti kecap. Ketika jari-jarinya menyentuh kulit kepala seketika terasa sengatan yang menyakitkan. Iwan melihat jemarinya. Darah. Oh tidak. Iwan kembali menyusuri bagian kepalanya sembari menahan sakit. Nampaknya tidak seberbahaya yang dipikirkannya. Tapi tetap saj...

Labirin Tak Berujung - Bagian 2

Iwan langsung menyadari perasaan tak mengenakkan yang ada di benaknya sedari tadi. Dia tidak berada di perumahan, namun sebuah labirin raksasa. Apa maksudnya? Apakah ini peristiwa supernatural? Apakah dia tersasar ke dunia lain? Apakah ini alam ghaib? Apakah dia telah mati? Tenang, pikirnya. Tidak ada gunanya memikirkan takhayul semacam itu. Semua pasti ada penjelasannya. Sembari mendorong motornya, Iwan kembali memikirkan bagaimana caranya keluar dari “perumahan” ini. Cara tercepat untuk keluar dari labirin adalah dengan memanjat dinding untuk menemukan jalan keluar. Terbesit ide dalam pikirannya. Iwan mencoba mengamati rumah-rumah di sekitarnya. Dia bergeser ke perempatan selanjutnya. Dia terus memindai, mencari rumah yang paling tinggi di dekatnya. Perhatiannya tertuju pada rumah 2 lantai dengan atap yang cenderung datar dan terdapat tangki air di atasnya. Dia bergegas. Pagar rumah itu terkunci. Iwan tidak habis ide. Dia langsung memanjat pagar, meninggalkan motornya di luar. Iwan...

Labirin Tak Berujung - Bagian 1

Dering alarm terdengar semakin kencang. Iwan terbangun dari tidurnya yang nyenyak. Masih setengah sadar, dia meraih HP yang terletak persis di sebelah kepalanya dan reflek mematikan alarm itu. Kelopak matanya berat. Dia mendekatkan layar HP ke wajahnya dan dengan pandangan mata yang masih kabur dan mencoba membaca waktu di HP. Jam 9 pagi. Iwan langsung bangun. Dia kembali melihat HP-nya. Ya. Jam 9 pagi. Dia kesiangan. Atau itulah pikirnya. Iwan terbangun di pos siskamling. Dia melihat sekitar, tidak ada siapa-siapa. Pagi itu masih berawan dan lampu-lampu rumah masih menyala sepanjang jalan. Iwan berada di pos siskamling komplek perumahaan. Tapi, dia tidak mengenali perumahan apa atau kenapa dia bisa tertidur di pos siskamling. Iwan bertanya-tanya bagaimana dirinya bisa berakhir di tempat ini. Dia tidak begitu mengingat apa yang terjadi semalam. Yang masih diingatnya adalah hingga tengah malam dia terus bolak-balik mengantar penumpang. Pekerjaannya sebagai supir ojek online memiliki t...