Informasi Resi - Bagian 4

Tak berapa lama setelah itu, Rizal memberikan kabar gembira. Modus penipuan baru mereka telah membuahkan hasil, bahkan sampai diliput di berita media TV dan koran nasional. Baik TV, radio, koran hingga media sosial ramai-ramai memberi peringatan dan himbauan kepada masyarakat untuk menghindari kebocoran data dan informasi pribadi mereka kepada penipu. Karena semua perhatian baru ini, Rizal menginstruksikan Fajar dan Ian untuk bersembunyi sementara waktu dan tidak mencoba menghubunginya. Dia berjanji akan memberikan imbalan kepada keduanya setelah situasi tenang. Ian tidak sabar dan khawatir kalau mereka juga bakal ditipu oleh Rizal. Fajar sendiri cenderung masa bodoh. Dia tidak terlalu mempermasalahkan situasi ini karena dia masih menyimpan sejumlah uang hasil “membantu” para penipu selama ini.

Selang beberapa bulan berlalu Rizal menepati janjinya. Dengan senyum sumringah dia memberikan dua amplop tebal kepada Fajar dan Ian. Sebagai ucapan terima kasih, Rizal bahkan mentraktir keduanya makan. Tidak biasanya. Setelah berpisah, Fajar dan Ian menghitung uang yang mereka dapatkan. Jauh lebih banyak dari yang mereka peroleh selama ini baik dari kegiatan memulung maupun dari mengumpulkan info resi dan membantu sindikat penipu online.

“Hahaha. Mantap nih. Kita kaya.”, ujar Ian kegirangan.

“Ya. Lumayan lah.”, jawab Fajar singkat.

“Kok kau keliatan kurang senang gitu. Kenapa? Coba cerita ke Abang.”, balas Ian bercanda.

“Apaan sih? Jangan dekat-dekat ahh.”

“Jadi mau kau apakan bagianmu? Kalau gue sih kepikiran kredit motor. Gue mau coba peruntungan jadi ojek online.”

“Ohh. Semoga sukses kalau begitu. Gue sih kemungkinan mau memperbaiki rumah. Kasihan bapak dan emak.”

“Waw. Dasar anak manja. Kenapa gak kau pakai uang itu untuk godain cewek? Pasti banyak yang mau. Masih muda, tampan lagi. Sayang ja putus sekolah.”

“Lah gak salah kan? Ini juga uangku. Terserah mau kupakai untuk apaan.”

“Yowis lah kalau begitu.”

Beberapa minggu kemudian Fajar masih sibuk memulung sampah. Ian telah beralih menjadi supir ojek online. Keduanya jarang bertemu belakangan ini. Rumah keluarga fajar sedang direnovasi. Dia berencana membeli beberapa furnitur baru dengan sisa uang miliknya. Rizal menyuruhnya untuk tidak datang ke kantor sementara ini karena khawatir dengan kemungkinan investigasi polisi terhadap kasus modus penipuan baru yang berhasil mereka lakukan kemarin.

Pick-up Fajar dan kawan-kawan sampai di depan kost yang cukup familiar. Kost Angela. Fajar mulai mengumpulkan sampah di depan kost tersebut. Aneh. Tidak terdapat bungkusan sampah Angela biasanya. Ada tanda-tanda penghuni baru di kost tersebut. Mungkinkah? Fajar berusaha mengintip di balik pagar kost. Dia tidak melihat kendaraan motor Angela. Dia mulai curiga. Tapi tidak ada cara memastikannya. Fajar memutuskan kembali lagi beberapa hari kemudian.

Seperti dugaannya, nampaknya Angela telah meninggalkan kost dan penghuni baru telah menempati kamar lamanya. Fajar tengah sibuk memulung sampah di depan kost ketika ibu kost Angela keluar menaruh bungkusan sampah baru. Fajar memutuskan menyapa.

“Pagi, bu.”, ujar Fajar.

“Pagi, mas.”, jawabnya.

“Sibuk nampaknya, bu.”

“Ya, biasalah. Nyapu, nyuci, masak.”

“Kostan-nya rame terus ya saya perhatikan.”

“Iya. Ini malah baru ada yang masuk. Dua orang.”

“Begitukah? Kemana yang lama memangnya? Sudah lulus ya, bu?”

“Satu sudah lulus. Satu lagi... yah, ada masalah keluarga.”

“Masalah keluarga? Ada yang meninggal keluarganya?”

“Bukan, mas. Mas tahu gak dengan mbak Angela? Itu loh, yang suka berangkat pagi-pagi. Mas pasti pernah ketemu kan?

“Oh yang cantik bak model itu yah? Rambut panjang, bawa motor?”

“Iya. Tuh mas tahu. Memang cantik mbaknya. Nah kemarin orangtuanya datang. Mereka berantem.”

“Hah? Berantem?”

“Iya. Waduh, pokoknya kacau dah. Sampe bapak harus turun tangan melerai. Padahal biasanya mbaknya adem-adem aja.”

“Kenapa memangnya, bu?”

“Jadi, menurut bapak sih mbak Angela ini kena tipu, lewat WA gitu. Saya juga gak paham. Tapi katanya sampe habis uang puluhan juta. Nah uangnya itu dari orangtuanya. Marah lah mereka pas tahu anaknya kena tipu.”

“Tipu apaan tuh bu? Kok bisa sampe puluhan juta?”

“Saya juga gak ngerti mas. Ayah mbak Angela sampe bentak-bentak, sementara mbaknya cuma nangis aja. Akhirnya si mbak Angela disuruh orangtuanya pulang malam itu juga.”

“Ohh. Begitu ya.”

“Ahh. Pokoknya kacau lah. Bahkan pacarnya aja gak tahu kalau mbak Angela sudah pulang.”

“Dia punya pacar? Apa yang terjadi?”

“Iya, mas. Mana mereka baru jadian sekitar 3-4 bulan lalu. Pernah beberapa diajak ke kostan. Orangnya baik padahal. Besoknya setelah mbak Angela pulang, pacarnya datang nanyain mana mbak Angela. Saya ceritain lah. Masnya langsung pulang, kayak kecewa gitu.”

“Hmm.”

“Ngomong-ngomong, mas merasa kasihan gak dengan Mbak Angela? Padahal cantik, baik, dari keluarga terpandang. Ehh, malah kena musibah gitu.”

“Saya gak begitu kenal sih, bu. Cuma beberapa kali papasan aja. Saya gak tahu bagaimana orangnya sebenarnya. Saya permisi ya, bu.”, Fajar mengakhiri percapakan dan beranjak pergi.

Pada akhirnya, apa yang terjadi dengan Angela bukanlah urusannya. Dia sudah tidak lagi peduli dengan wanita tersebut setelah menyelipkan kertas resi berisi informasi pribadinya bersama kertas resi lainnya kemarin. Sedari awal Angela hanyalah orang asing baginya.


- TAMAT -

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Persidangan Meja Makan - Pengalaman Membuat Film Pendek

Dilema Pelukis Bernama “Kecerdasan Buatan”

PORTOFOLIO DESAIN GRAFIS