Labirin Tak Berujung - Bagian 2
Iwan langsung menyadari perasaan tak mengenakkan yang ada di benaknya sedari tadi. Dia tidak berada di perumahan, namun sebuah labirin raksasa. Apa maksudnya? Apakah ini peristiwa supernatural? Apakah dia tersasar ke dunia lain? Apakah ini alam ghaib? Apakah dia telah mati? Tenang, pikirnya. Tidak ada gunanya memikirkan takhayul semacam itu. Semua pasti ada penjelasannya. Sembari mendorong motornya, Iwan kembali memikirkan bagaimana caranya keluar dari “perumahan” ini. Cara tercepat untuk keluar dari labirin adalah dengan memanjat dinding untuk menemukan jalan keluar. Terbesit ide dalam pikirannya. Iwan mencoba mengamati rumah-rumah di sekitarnya. Dia bergeser ke perempatan selanjutnya. Dia terus memindai, mencari rumah yang paling tinggi di dekatnya. Perhatiannya tertuju pada rumah 2 lantai dengan atap yang cenderung datar dan terdapat tangki air di atasnya. Dia bergegas.
Pagar rumah itu terkunci. Iwan tidak habis ide. Dia langsung memanjat pagar, meninggalkan motornya di luar. Iwan menggedor pintu depan, jelas tidak ada orang. Pintunya juga terkunci. Dia mengelilingi rumah tersebut. Yups, tidak ada siapapun. Iwan lantas mencoba mendobrak pintu depan rumah. Usaha pertamanya gagal. Yang kedua juga gagal. Untuk ketiga kalinya akhirnya Iwan menyerah. Dia mencari batu atau tongkat kayu di pekarangan. Setelah berhasil menemukan sebuah batu yang berukuran cukup besar, Iwan tanpa ragu melemparnya ke salah satu jendela. Kaca jendela rumah itu pecah berserakkan. Dia langsung memanjat masuk.
Dalam rumah itu cukup gelap. Iwan bergegas mencari saklar lampu. Lampu luar menyala, jadi seharusnya lampu dalam rumah juga bisa dinyalakan. Setelah menemukan saklar, Iwan menyalakan lampu dalam rumah. Dia nampaknya berada di ruang tamu. Terdapat sejumlah kursi dan meja yang diposisikan saling berhadapan. Aneh. Tidak ada tanda-tanda orang yang menghuni tempat tersebut. Tidak ada hiasan meja, televisi, lukisan, hingga pajangan foto-foto para penghuninya. Iwan mengecek laci meja. Kosong. Apakah ini semacam rumah baru yang belum dihuni? Iwan berhati-hati mengecek tiap ruangan. Terdapat perabotan-perabotan standar semacam meja makan, lemari, dan tempat tidur. Namun, tidak ada tanda-tanda penghuni sama sekali. Dapur dan kamar mandinya kosong. Semuanya sangat bersih.
Iwan beranjak ke lantai dua. Dia mencoba mencari jalan menuju ke atap. Setelah mencari-cari untuk beberapa saat, akhirnya Iwan menemukan tangga vertikal yang terbuat dari kumpulan plang besi menempel pada dinding beranda luar. Tangga itu terlihat berbahaya, namun dirinya tidak memiliki pilihan. Iwan segera memanjat ke atap. Sesampainya di atap, pemandangan aneh terbentang di hadapannya. Perumahan itu sangat luas dan menyebar ke segala penjuru. Sejauh mata memandang hanya terlihat lautan rumah dengan model yang sama berjajar hingga ke ufuk. Tidak terlihat tanda-tanda gerbang keluar sama sekali. Kaki Iwan seketika lemas. Dia tersungkur, tidak dapat mempercayai apa yang dilihatnya. Habis sudah, pikirnya.
Tiba-tiba perhatiannya tertuju pada sebuah bangunan aneh di kejauhan. Bangunan kotak berwarna abu-abu yang jauh lebih tinggi dibandingkan perumahan di sekitarnya. Ruko? Apartemen? Tidak. Bangunan itu tidak memiliki jendela sama sekali. Tingginya mungkin sekitar 5-6 lantai. Terdapat lubang-lubang berbentuk silinder sepanjang sisi gedung tersebut. Sarang walet? Iwan mengeluarkan HP dan memfoto gedung tersebut. Setelah satu jepretan, Iwan menyadari sinyal HP-nya telah kembali. Satu batang. Akhirnya!
Dia bergegas menelpon kantornya. Terdengar nada dering. Tersambung. Iwan langsung berteriak.
“Halo? Halo??”.
Hanya terdengar suara dengung dan kresek tanpa henti di ujung telepon. Iwan terus bersahut-sahutan. Tidak ada respon. Dia mencoba menghubungi istrinya. Tersambung. Dia kembali berteriak.
“Halo?? Ma, halo?? Ini aku.. Halo???”.
Terdengar suara putus-putus di sela dengungan dan suara kresek-kresek di ujung telepon.
“Ha..lo...? Mas.... Ha...lo??...”
“Mas.... Mana?.... Halo??... Mas?”.
Terputus. Iwan mengecek layar HP-nya. Sinyalnya kembali hilang. Dia mengangkat HP-nya tinggi-tinggi, berharap kembali mendapat sinyal. Iwan terus berusaha mencari sinyal. Dia berputar-putar di atas atap sembari terus memantau layar HP-nya. Setelah beberapa saat akhirnya muncul sebatang sinyal.
Namun.... BRAAKKK!!!!
Iwan merasakan gravitasi tiba-tiba menariknya, lalu seketika gelap.
.....
Komentar
Posting Komentar