Menganalisis Oscars 2023 Dari Semua Sudut
Film indie Everything, Everywhere, All at Once (EEAAO) yang memimpin nominasi dengan 11 nominasi akhirnya membawa pulang 7 piala, termasuk untuk kategori Film Terbaik. Berikut merupakan pembahasan terkait makna kemenangan dan detail menarik tentang malam puncak penganugerahan film 2022 ini.
Status Oscars Hingga Representasi Asia
Bertahun-tahun ajang Academy Awards atau Oscars dikritisi karena memberi penghargaan hanya untuk film-film Hollywood dan didominasi oleh orang kulit putih. Perlu diingat bahwa awal mulanya ajang ini memang ditujukan untuk film buatan Amerika Serikat. Sutradara Korea Bong Joon-Ho sempat menyindir bahwa Oscars lebih tergolong sebagai ajang penghargaan lokal, ketimbang festival film internasional semacam Cannes atau Berlinale.
Namun, seiring waktu bermunculan film-film asing dan film lokal dengan jajaran pemain non kulit putih yang dianugerahi piala Oscars. Tak terbatas pada kategori Film Asing terbaik, yang kini berganti nama menjadi Film Internasional Terbaik, film dari berbagai belahan dunia turut berkompetisi dalam berbagai kategori, termasuk film-film dari Asia. Parasite (2019) menjadi contoh film Asia yang sukses memenangkan banyak penghargaan baru-baru ini.
Terlepas dari status sebagai “ajang penghargaan lokal”, tak dapat dipungkiri Oscars masih memiliki pengaruh signifikan di dunia perfilman. Meski jumlah penonton ajang penghargaan ini terus menurun dari tahun ke tahun hingga beberapa kontroversi yang menjerat pelaksanaanya, hingga kini nama Oscars masih menjadi salah satu faktor penting dalam menarik minat calon penonton. Sejumlah film yang tidak memperoleh laba signifikan ketika pertama rilis mampu meningkatkan pendapatan mereka melalui rilis ulang di bioskop dengan menyertakan embel-embel “nominasi atau pemenang Oscars” pada poster dan sinopsisnya. Di zaman digital saat ini calon penonton mungkin tertarik untuk streaming sebuah film berkat eksposur di media sosial dan status sebagai film bergengsi. Oscars kini menjadi batu loncatan dalam marketing film modern.
Penyelenggara dan Organisasi Academy of Motion Pictures Arts & Sciences (AMPAS) yang menaungi penghargaan Oscars tidak menutup mata dengan presepsi ini. Kritikan semacam kurangnya representasi film populer hingga diversifikasi nominator menjadi perhatian panitia Oscars. Mereka mencoba mengikutsertakan berbagai jenis film terlepas dari genre, status hingga siapa yang membuatnya.
Untuk Oscars 2023 terdapat dua sekuel film populer/blockbuster yang masuk nominasi film terbaik. Sementara itu, empat orang yang merepresentasikan warga Asia atau keturunan Asia Amerika menorehkan sejarah dinominasikan dalam mayoritas kategori akting di tahun yang sama. Nama-nama seperti Michelle Yeoh, Ke Huy Quan, Stephanie Hsu dan dan Hong Chau pertama kalinya mendapat nominasi Oscars. Representasi Asia juga terlihat di luar kategori akting. Individu seperti Daniel Kwan (sutradara, skenario), Jonathan Wang (Produser), Domee Shi (Animasi), Shirley Kurata (Kostum), Judy Chin (Makeup), Kazuo Ishiguro (Skenario), Shaunak Sen (Dokumenter), Kartiki Gonsalves (Dokumenter Pendek), hingga M.M Keeravaani (Lagu) masing-masing mendapat nominasi. Sebagian diantaranya bahkan berhasil dimenangkan. Secara geografis nama-nama di atas merepresentasikan jangkauan negara-negara yang luas meliputi Tiongkok, Jepang, India, hingga Malaysia.
Berbicara Indie dan Genre Films
Kemenangan EEAAO di Oscars 2023 merepresentasikan banyak hal. Tidak hanya menjadi film yang fokus menceritakan komunitas warga Amerika keturunan Asia dan perjuangan para imigran Asia bertahan hidup di negara paman Sam, EEAAO juga merepresentasikan pergeseran tren dan pandangan para elit Hollywood terhadap film indie dan genre films.
Sejak lama kita memperhatikan bahwa film-film yang memenangkan penghargaan semacam piala Oscars didominasi oleh film-film drama serius, sejarah atau kadangkala musikal. Sangat jarang film-film popcorn populer yang kerap dikelompokkan sebagai “genre films” seperti film laga, aksi, horror, fiksi ilmiah dan sebangsanya memenangkan kategori-kategori bergengsi apalagi film terbaik. EEAAO yang merupakan film aksi komedi dan fiksi ilmiah dengan budget terbatas mematahkan anggapan tersebut. Tiga aktor dari film ini masing-masing memborong piala untuk Pemeran Utama Wanita Terbaik, Pemeran Pendukung Pria Terbaik, dan Pemeran Pendukung Wanita Terbaik. Sementara, sebagian besar kru memborong piala untuk kategori Editing Terbaik, Skenario Orisinil Terbaik, Sutradara Terbaik dan tentunya Film Terbaik.
Sebelum malam penghargaan Oscars, Sutradara kawakan Guillermo Del Toro sempat menyinggung bahwa film semacam EEAAO belum tentu cocok untuk dirinya atau generasi yang lebih tua. Namun dia tidak mempermasalahkan hal tersebut. Generasi muda merasakan koneksi yang dalam dengan cerita yang disajikan EEAAO, seperti halnya generasinya merasakan koneksi yang sama dengan film The Graduate atau Trainspotting. EEAAO merupakan produk zamannya dan refleksi waktu ketika film tersebut dirilis. Kemenangan EEAAO di ajang Oscars 2023 secara tidak langsung juga menjadi sentimen adanya regenerasi diantara pecinta film dan elit Hollywood modern terkait arah dan tren film, dalam hal ini popularitas indie dan genre films
Pembicaraan tentang film indie tentunya tidak terlepas dari studio di balik EEAAO dan beberapa film lainnya yang masuk nominasi Oscars 2023, yaitu A24. Studio produksi dan distributor film ini mengantongi 18 nominasi untuk 6 film yang mereka pegang. Film-film tersebut diantaranya EEAAO, The Whale, Aftersun, Causeway, Close, dan Marcel the Shell with Shoes On. Sejak didirikan pada 2012 A24 menjadi perusahaan film Hollywood yang berfokus pada distribusi film-film indie dengan cerita orisinil. Nama studio ini mulai dikenal publik berkat film horror semacam The Witch, Hereditary dan Midsommar. Selain itu, mereka juga merilis film dengan beragam genre mulai dari drama (Room), fiksi ilmiah (Ex Machina), komedi (The Disaster Artist), fantasi (Green Knight), dll. Melihat filmografi studio ini, mereka juga kerap merilis film-film yang berfokus pada representasi Asia semacam The Farewell, Minari, Past Lives hingga EEAAO.
Perusahaan-perusahaan semacam A24 dan sebangsanya memberi kesempatan bagi film indie, khususnya film eksperimental yang tidak diminati oleh studio besar, untuk lebih dikenal dan ditonton banyak orang. Peran studio untuk mendistribusikan dan mempromosikan film yang mereka rilis tergolong krusial terutama menjelang periode dan musim penghargaan film. Melihat daftar pemenang Oscars dan penghargaan film lainnya beberapa tahun terakhir, maka dapat disimpulkan bahwa film-film indie hingga genre films mulai mendapat tempat dan perhatian yang cukup besar dari berbagai pihak, termasuk anggota dan panitia Oscars dkk. Akan menarik melihat apakah tren ini akan terus bertahan atau digantikan oleh tren baru.
Strategi Kampanye Atau Kisah Sukses
Menelisik lebih jauh tentang para peraih piala Oscars 2023 untuk kategori akting, terdapat pola yang muncul. Para pemenang Oscars tidak hanya diukur dari kemampuan akting mereka, tapi juga bagaimana mereka berkampanye dan mempresentasikan diri di depan media dan khalayak umum.
Salah satu kontroversi yang muncul dalam pagelaran Oscars 2023 adalah masuknya nama Andrea Riseborough dalam bursa nominasi pemeran utama wanita terbaik. Riseborough tidak begitu diperhitungkan dalam mayoritas prediksi awal untuk kategori ini. Namanya yang muncul di detik-detik terakhir lantas menimbulkan pertanyaan. Bahkan, AMPAS membuka investigasi untuk menyelidiki apakah terjadi kecurangan dalam nominasi Riseborough. Hasilnya tidak ditemukan kejanggalan. Namun kontroversi ini memunculkan pembicaraan terkait etika dan strategi “kampanye” di era media sosial.
Seperti halnya pemilu dan kampanye politik, pemenang piala Oscars ditentukan melalui mekanisme pemungutan suara atau voting. Film dan aktor harus mempromosikan diri untuk menarik perhatian peserta voting. Meski hasil akhir sukar diprediksi, namun strategi untuk membangun raport dan pencitraan yang baik selalu terbukti sukses bagi banyak aktor dan aktris. Mulai dari latar belakang dan kisah hidup yang menyentuh seperti Liza Minnelli (Cabaret) hingga penghargaan yang tertunda bertahun-tahun meski terus mendapat nominasi seperti Leonardo DiCaprio (The Revenant). Mari melihat bagaimana aktor dan aktris pemenang Oscars 2023 sukses “mengkampanyekan” diri mereka.
Ke Huy Quan, pemenang kategori aktor pendukung pria terbaik, merupakan mantan aktor cilik. Dia memulai karirnya di usia belia dalam film klasik semacam Indiana Jones and The Temple of Doom dan The Goonies. Beranjak dewasa, tawaran akting untuknya terus berkurang hingga dia memutuskan pensiun dini dan menjadi asisten sutradara serta koordinator adegan stunt/action. Quan memanfaatkan kisah perjalanan karirnya sebagai pondasi untuk membangun simpati peserta voting dan media. Quan menceritakan bagaimana film yang dominan dibintangi aktor keturunan Asia seperti Crazy Rich Asian memotivasinya untuk kembali berakting setelah vakum selama dua dekade lebih. Bagaimana dia kehilangan asuransi kesehatannya akibat menganggur selama pandemik Covid-19 dan mempertaruhkan karir aktingnya pada EEAAO. Quan terus menyinggung aspek-aspek ini dalam pidato penghargaan yang dia raih pra-Oscars 2023, yang turut membantunya memperoleh piala tersebut. A24 selaku distributor EEAAO juga cukup cerdik mendorong nama Quan dalam bursa Pemeran Pendukung Pria ketimbang bursa Pemeran Utama Pria Terbaik guna memperbesar peluang kemenangannya.
Sementara itu, pemenang pemeran pendukung wanita terbaik Jamie Lee Curtis merupakan salah satu aktris veteran yang telah malang-melintang di dunia akting. Terlahir sebagai anak dari aktor dan aktris ternama Tony Curtis dan Janet Leigh, dia tak pernah dinominasikan di ajang Oscars meski kerap kali berperan dalam film populer seperti Halloween, Freaky Friday dan True Lies. Curtis dengan kepribadian yang supel kerap menertawakan statusnya sebagai “Nepo(tism) baby” serta rendah hati dengan nominasi yang diterimanya ketika tampil di hadapan media, menjadikannya salah satu favorit meski perannya di film EEAAO tergolong kecil.
Brendan Fraser memenangkan Oscar untuk pemeran utama pria terbaik berkat perannya sebagai penderita obesitas akut di film The Whale. Selain mencurahkan seluruh energinya dalam film drama ini, media mencap peran ini sebagai “comeback” Fraser di dunia akting. Pada kenyataannya Fraser selama ini terus aktif berakting di layar besar dan layar kecil. Perannya di The Whale kembali mengangkat nama Fraser dalam perbincangan kalangan elit Hollywood setelah sempat “diblacklist” karena menuduh petinggi organisasi Hollywood Foreign Press Association yang menaungi ajang Golden Globes pernah mencabulinya. Dalam setiap kemunculannya mempromosikan film dan menerima penghargaan Fraser selalu tampil emosional. Aspek ini membuat banyak orang bersimpati dengannya. Fraser sukses mentransformasi dukungan fans dan media menjadi piala Oscars.
Untuk kategori pemeran utama wanita terbaik perhatian dunia tertuju pada persaingan antara Cate Blanchett dan Michelle Yeoh. Michelle Yeoh yang baru pertama kali dinominasikan untuk piala Oscars memanfaatkan statusnya sebagai aktris berdarah asia yang sudah berkarir cukup lama di dunia akting untuk menarik perhatian peserta voting. Di hadapan media Yeoh kerap menceritakan kesulitannya untuk menemukan peran bagi wanita di usia tua yang non stereotipikal. Minimnya peran untuk orang asia, khususnya wanita, menjadi fokus utamanya dalam kampanye Oscars. Dalam beberapa wawancara dia juga menyinggung perannya di EEAAO awalnya ditulis untuk pemeran pria, dengan sutradara dua Daniels menargetkan Jackie Chan sebagai bintangnya. Setelah mereka gagal mendapatkan Jackie Chan barulah Daniels menawarkan peran ini ke Yeoh dan merombak karakternya menjadi wanita. Yeoh juga menekankan pentingnya diversifikasi dan apresiasi terhadap insan-insan perfilman berdarah Asia di Hollywood saat ini. Kini, Yeoh (60) mencetak sejarah sebagai aktris Asia pertama yang memenangkan Oscar untuk pemeran utama wanita terbaik.
Relevansi Oscars di Era Milenial
Seperti yang sudah disinggung di awal, ajang penghargaan Oscars masih menjadi patokan dalam mengukur prestasi dan nilai sebuah film. Meski jumlah penonton ajang ini terus berkurang, namun nama Oscars tetap sinonim dengan film-film bergengsi dari tahun ke tahun. Label pemenang Oscars dapat mendorong film dan pemerannya meraih popularitas dan meningkatkan laba melalui penayangan ulang dan sebagainya. Di era anak-anak milenial yang lebih banyak berkutat dengan media sosial, Oscars dapat membantu mendorong kredibilitas film dan aktor di dalamnya. Namun, apakah presepsi serupa juga dapat diterapkan pada ajang Oscars itu sendiri. Masihkah Oscars relevan di era modern?
Untuk tahun 2023, EEAAO mampu memecahkan rekor sebagai film dengan penghargaan terbanyak dalam sejarah mengalahkan Lord of The Rings: Return of The King yang memegang rekor sebelumnya. EEAAO memperoleh 158 penghargaan melebihi Lord of The Rings yang memperoleh 101 penghargaan. Jumlah ini belum termasuk 7 piala Oscars yang dimenangkan EEAAO pada 12 Maret 2023. Rekor ini tentunya bakal menarik perhatian warganet dan anak-anak milenial yang mungkin melewatkan film ini saat pertama kali tayang di bioskop. Tapi, seberapa besar peran Oscars mempengaruhi keputusan mereka diantara ratusan penghargaan lainnya? Pertanyaan ini yang terus coba dijawab oleh AMPAS yang menaungi Academy Awards atau Oscars.
Selama beberapa tahun terakhir panitia pagelaran Oscars terus mencoba menarik minat generasi muda dengan menghadirkan film-film populer & blockbuster dalam ajang penghargaan mereka. Semenjak tahun 2009 daftar nominasi untuk film terbaik membengkak dari 5 judul menjadi 10 judul demi mengakomodasi diversifikasi film-film yang dinominasikan. Pada Oscars 2022 panitia mencoba memadatkan dan memangkas durasi acara dengan memberikan 8 penghargaan off-air sebelum ajang penghargaan dimulai. Langkah ini diambil guna memberi waktu lebih banyak untuk humor, musik, hingga penghargaan khusus untuk film dan klip favorit pilihan fans/penonton. Ini tentunya diprotes oleh insan perfilman yang menganggap AMPAS dan Academy Awards hanya mencoba mengejar rating dan ingin tetap relevan di mata muda-mudi yang lebih menyukai jenis film-film blockbuster.
Pada Oscars 2023 akhirnya panitia mencabut beberapa langkah kontroversial yang mereka berlakukan di tahun sebelumnya dan mencoba pendekatan yang lebih tradisional. AMPAS mengundang generasi baru insan perfilman menjadi anggota dan berkontribusi dalam acara puncak Academy Awards. Nominasi untuk film-film populer semacam Avatar: Way of Water, Top Gun: Maverick, Puss in Boots: Last Wish, hingga RRR dianggap sebagai upaya Oscars mempertahankan relevansi. Dominasi kemenangan EEAAO juga dianggap sebagian orang sebagai manuver guna menunjukkan bahwa mereka menjunjung diversifikasi di dunia perfilman, sekaligus sebagai bentuk dukungan dan apresiasi untuk film-film baru buatan generasi muda.
Terlepas dari spekulasi-spekulasi tersebut, malam penghargaan Oscars 2023 berjalan lancar tanpa insiden. Film dan individu yang diprediksi bakal meraih piala berhasil memenangkan kategori masing-masing. Kemenangan EEAAO diharapkan membuka pintu bagi film-film unik lainnya untuk bersaing dalam ajang-ajang penghargaan mendatang, termasuk yang berfokus pada komunitas warga Asia dan lainnya.
Akhir kata, entah sampai berapa lama lagi Academy Awards dan Oscars akan bertahan sebelum akhirnya terlupakan atau tidak digubris orang. Sampai momen itu tiba, mari bersama merayakan kejayaan film-film terbaik 2022 untuk terakhir kalinya. Film-film baru menanti di 2023.
-----
Image by mohamed_hassan from Pixabay
Komentar
Posting Komentar