Memories of Murder - Sebuah Ulasan
Jujur, saya bukan penikmat film atau serial drama Korea Selatan (Korsel) – terlebih sebagai seorang yang paham seluk-beluk industri perfilman di negara Ginseng tersebut. Namun bukan berarti saya tidak bisa duduk dan menyaksikan film Korsel yang sebenarnya, dibandingkan film-film dari negara-negara di Asia, memiliki kualitas yang mampu menyaingi produksi film Hollywood dan Eropa. Salah satu yang patut menjadi perhatian adalah film-film dari Sutradara profilic Bong Joon-Ho. Memulai karir profesional di awal tahun 2000-an, Bong menghasilkan sejumlah film yang diterima oleh khalayak umum, dicintai kritikus, dan memenangkan berbagai penghargaan di festival film Internasional. Film yang digarapnya pun beragam, mulai dari drama ibu-anak yang dibalut pembunuhan dan lemahnya sistem hukum berjudul Mother, film disaster dengan ancaman monster ganas berjudul The Host, hingga Sci-fi Noir yang berseting di kereta api dan dibintangi oleh Chris “Captain America” Evans berjudul Snowpiercer (sekaligus menjadi film pertama Bong yang seluruhnya memakai dialog berbahasa Inggris). Film-filmnya ini turut berkontribusi membuat dunia memandang Korsel sebagai salah satu negara yang diperhitungkan di kancah internasional.
Kali ini saya bakal membahas salah satu film Bong yang paling dicintai dan menjadi favorit banyak sutradara kenamaan Hollywood seperti Quentin Tarantino (Pulp Fiction, Kill Bill, Django Unchained) yaitu: Memories of Murder (2003).
Sesuai judulnya, Memories of Murder berfokus pada pembunuhan, dan bukan pembunuhan sembarangan. Film ini mengambil inspirasi dari salah satu kasus pembunuhan berantai yang paling terkenal di Korsel dan mungkin merupakan salah satu kasus paling misterius dalam kurun waktu 200 tahun terakhir (selain kasus Zodiac di 1970-an dan Jack The Ripper di akhir abad 19). Kasus Pembunuhan nyata ini diberi nama Hwaseong Serial Murders.
Memories of Murder mengisahkan tentang sekelompok detektif dari kepolosian di kota kecil di Korsel yang memiliki tugas berat menangkap pelaku pembunuhan berantai yang telah membuat geger seluruh negara. Modus Operandi pelaku adalah menculik dan memperkosa wanita muda setelah mengingkat korban dengan pakaiannya sendiri. Aksi ini kemudian diakhiri dengan membunuh korban dan meninggalkan mayatnya di tempat sepi untuk ditemukan oleh orang yang lewat. Seiring dengan jumlah korban yang terus bertambah dan tekanan dari media, para detektif yang menjadi tokoh utama kisah ini harus berpacu dengan waktu dalam mengungkap identitas pelaku dan menghentikan aksi ini sebelum muncul korban baru. Sedikitnya barang bukti dan tidak adanya saksi mata saat kejadian membuat kasus yang ruwet ini semakin sulit dipecahkan.
Berikut beberapa poin menarik dari film Memories of Murder.
Plot yang penuh intrik dan emosional
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Memories bercerita tentang detektif yang berusaha menangkap pelaku pembunuhan sadis yang bahkan tidak diketahui identitasnya. Kengerian premis cerita tersebut dapat menjadikan Memories sebagai film Horror. Namun sutradara Bong mampu menjaga film ini tetap sebagai sebuah film misteri yang mengajak penonton menebak siapa pelaku sebenarnya sembari menebar bumbu drama dan komedi untuk membuat penonton betah mengikuti alur cerita hingga penghujung film. Aksi para detektif yang terkadang serius dan di lain waktu mengundang tawa mampu mnjaga ritme dari prosedural kasus pembunuhan yang biasanya selalu membosankan di dunia nyata.
Meski menjadikan kisah nyata sebagai tema dan latar film, namun Memories tidak terikat dengan kejadian asli dan dengan bebas menciptakan plot tersendiri yang menarik namun tidak mengada-ngada. Serupa dengan Titanic yang mengangkat kisah fiksi romansa Rose & Jack, Memories menciptakan lingkup cerita yang berdiri sendiri namun menjadi penting dan berkaitan dengan kasus pembunuhan berantai – terutama ketika kasus ini mulai mengancam orang-orang terdekat para detektif. Mulai dari penyelidikan yang menemui jalan buntu, Salah tangkap pelaku, hingga pengejaran yang memacu jantung, semua dibangun dengan teliti dan tidak mengganggu alur atau kontinuitas cerita.
Selain itu, salah satu poin terpenting dari plot film Memories adalah Character Study yang mendalam. Lebih banyak tentang hal ini dijelaskan dalam poin selanjutnya.
Setting sederhana namun artistik dan mengerikan
Sesuai Cerita aslinya, Memories bersetting di kota kecil di pinggiran Korsel. Setting yang jauh dari hiruk-pikuk kota besar seperti Seoul, menjadikan film ini lebih intim. Suasana kota kecil yang sepi dengan ladang padi dan kebun sayur yang menghampar luas malah mengingatkan dengan kondisi yang lebih sering kita temui di Indonesia (terkadang ada momen yang sangat berasa ‘Ini Indonesia’). Setting semacam ini berbalik dengan film-flim Hollyowood, khususnya Blockbuster, yang cenderung glamor dan “Wah!”.
Bukan berarti Memories miskin dalam aspek ini. Nyatanya setting yang sederhana malah menjadikan film ini bertransformasi menjadi semacam lukisan. Pemandangan padi hijau yang mulai menguning, gunung sampah dengan latar langit senja, gagak berterbangan yang memecah sunyi, hujan yang seakan tengah bersedih, dan seterusnya. Tidak ada latar yang tidak sedap dipandang sembari menanti drama yang tersaji di depan mata kita... dan terkadang suasana seperti ini yang malah menambah kengerian dan ketakutan penonton yang menunggu usaha para detektif untuk menjebak pembunuh keji yang seakan tidak bisa dihentikan.
Jajaran Cast yang saling melengkapi
Seperti yang telah disebutkan, Memories of Murder merupakan film dengan Character study yang menarik. Para tokoh (Cast) dalam film ini memiliki kepribadian yang simpel namun mendekati realita di luar film. Seringkali dalam sebuah film action atau misteri tokoh utama digambarkan serba bisa, cool & smart, atau tipikal umum hero dalam dongeng. Lain halnya dengan Memories.
Mulai dari Detektif Park yang merupakan tipe polisi desa yang percaya takhayul dan suka menuduh pelaku sembarangan berdasarkan insting tanpa mengindahkan barang bukti yang ada. Detektif Cho yang ibarat algojo dan suruhan detektif yang juga sama bodohnya. Detektif Seo, polisi pindahan dari Seoul yang mengandalkan logika dan tergolong cerdik namun temperamen. Inspektor Sersan Shin yang menjadi pemimpin tim paling berwibawa dan penengah antara Detektif Park dan Seo yang selalu berkelahi. Serta polwan Kwok yang fungsi awalnya hanya sekedar menyajikan teh untuk para detektif layaknya karakter sampingan namun kemudian secara perlahan menjadi karakter penting ketika tim investigasi mulai menemui jalan buntu.
Semua karakter ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Ketika mereka bersama maka bakal timbul konflik dan interaksi yang menjadi drama sendiri dalam film. Uniknya, meski awalnya terkesan sulit bekerjasama tapi sepanjang alur cerita kita menyaksikan seluruh karakter saling melengkapi kekurangan masing-masing hingga menuju penghujung film tim ini menjadi solid.
Cast pendukung pun tidak kalah hebatnya. Mulai dari jajaran karakter yang memberikan petunjuk penting bagi tokoh utama, hingga ke sejumlah karakter unik yang diduga sebagai pelaku pembunuhan berantai seperti pria penguntit yang mengalami keterbelakangan mental, orang mesum dengan masalah akut, hingga ke pria tampan misterius yang kemungkinan memiliki masa lalu kelam. Sampai akhir film kita terus mempertanyakan siapa saja karakter yang akan terus hidup atau berakhir mati dan siapakah diantara orang-orang ini yang merupakan pelaku sebenarnya??
Ending = Memories(?) apa artinya???
Bila anda mengetahui sejarah asli kasus Hwaseong Serial Murders, maka mungkin anda telah menebak akhir dari film ini. Namun anda salah besar. Sutradara Bong mencoba menyajikan teorinya sendiri terkait kasus besar yang telah kadaluarsa masa penyelidikannya tanpa pernah berhasil mengungkap pelaku sesungguhnya. Bong telah menebar petunjuk dan indikasi pelaku sepanjang film. Judul film ini sendiri juga menjadi poin penting dari apa yang yang ingin disampaikan Bong, apa arti sesungguhnya Memories of Murder?? Apakah karena setting-nya yang berada di masa lalu (past)?? Apakah karena tema ingatan, terutama ingatan para saksi, menjadi kunci penting film?? Atau apakah ada hubungannya dengan ending film ini sendiri?? Interpretasi penonton terhadap pesan yang disampaikan oleh Bong melalui film Memories of Murder secara efektif mempengaruhi respon yang bakal muncul dari penonton.
Bila tujuan Bong joon-Ho melalui film ini adalah membuat penonton berpikir jauh setelah ceritanya berkahir maka dia tergolong berhasil, karena dijamin penonton bakal terus penasaran dan menyaksikan ulang film ini untuk menemukan petunjuk atau potongan informasi penting yang mungkin terlewat dan membangun teori mereka sendiri.
.......................................
Demikian review saya terhadap film Memories of Murder (2003). Film ini sangat menarik dan merupakan salah satu pengalaman menyaksikan film yang menguras emosi dan membuat kita berpikir bahkan setelah filmnya lama berakhir.
Pada bagian akhir ini saya ingin memberikan beberapa rekomendasi lain jika anda mencari film yang serupa dengan Memories of Murder. Berikut diantaranya:
Kali ini saya bakal membahas salah satu film Bong yang paling dicintai dan menjadi favorit banyak sutradara kenamaan Hollywood seperti Quentin Tarantino (Pulp Fiction, Kill Bill, Django Unchained) yaitu: Memories of Murder (2003).
Sesuai judulnya, Memories of Murder berfokus pada pembunuhan, dan bukan pembunuhan sembarangan. Film ini mengambil inspirasi dari salah satu kasus pembunuhan berantai yang paling terkenal di Korsel dan mungkin merupakan salah satu kasus paling misterius dalam kurun waktu 200 tahun terakhir (selain kasus Zodiac di 1970-an dan Jack The Ripper di akhir abad 19). Kasus Pembunuhan nyata ini diberi nama Hwaseong Serial Murders.
Memories of Murder mengisahkan tentang sekelompok detektif dari kepolosian di kota kecil di Korsel yang memiliki tugas berat menangkap pelaku pembunuhan berantai yang telah membuat geger seluruh negara. Modus Operandi pelaku adalah menculik dan memperkosa wanita muda setelah mengingkat korban dengan pakaiannya sendiri. Aksi ini kemudian diakhiri dengan membunuh korban dan meninggalkan mayatnya di tempat sepi untuk ditemukan oleh orang yang lewat. Seiring dengan jumlah korban yang terus bertambah dan tekanan dari media, para detektif yang menjadi tokoh utama kisah ini harus berpacu dengan waktu dalam mengungkap identitas pelaku dan menghentikan aksi ini sebelum muncul korban baru. Sedikitnya barang bukti dan tidak adanya saksi mata saat kejadian membuat kasus yang ruwet ini semakin sulit dipecahkan.
Berikut beberapa poin menarik dari film Memories of Murder.
Plot yang penuh intrik dan emosional
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Memories bercerita tentang detektif yang berusaha menangkap pelaku pembunuhan sadis yang bahkan tidak diketahui identitasnya. Kengerian premis cerita tersebut dapat menjadikan Memories sebagai film Horror. Namun sutradara Bong mampu menjaga film ini tetap sebagai sebuah film misteri yang mengajak penonton menebak siapa pelaku sebenarnya sembari menebar bumbu drama dan komedi untuk membuat penonton betah mengikuti alur cerita hingga penghujung film. Aksi para detektif yang terkadang serius dan di lain waktu mengundang tawa mampu mnjaga ritme dari prosedural kasus pembunuhan yang biasanya selalu membosankan di dunia nyata.
Meski menjadikan kisah nyata sebagai tema dan latar film, namun Memories tidak terikat dengan kejadian asli dan dengan bebas menciptakan plot tersendiri yang menarik namun tidak mengada-ngada. Serupa dengan Titanic yang mengangkat kisah fiksi romansa Rose & Jack, Memories menciptakan lingkup cerita yang berdiri sendiri namun menjadi penting dan berkaitan dengan kasus pembunuhan berantai – terutama ketika kasus ini mulai mengancam orang-orang terdekat para detektif. Mulai dari penyelidikan yang menemui jalan buntu, Salah tangkap pelaku, hingga pengejaran yang memacu jantung, semua dibangun dengan teliti dan tidak mengganggu alur atau kontinuitas cerita.
Selain itu, salah satu poin terpenting dari plot film Memories adalah Character Study yang mendalam. Lebih banyak tentang hal ini dijelaskan dalam poin selanjutnya.
Setting sederhana namun artistik dan mengerikan
Sesuai Cerita aslinya, Memories bersetting di kota kecil di pinggiran Korsel. Setting yang jauh dari hiruk-pikuk kota besar seperti Seoul, menjadikan film ini lebih intim. Suasana kota kecil yang sepi dengan ladang padi dan kebun sayur yang menghampar luas malah mengingatkan dengan kondisi yang lebih sering kita temui di Indonesia (terkadang ada momen yang sangat berasa ‘Ini Indonesia’). Setting semacam ini berbalik dengan film-flim Hollyowood, khususnya Blockbuster, yang cenderung glamor dan “Wah!”.
Bukan berarti Memories miskin dalam aspek ini. Nyatanya setting yang sederhana malah menjadikan film ini bertransformasi menjadi semacam lukisan. Pemandangan padi hijau yang mulai menguning, gunung sampah dengan latar langit senja, gagak berterbangan yang memecah sunyi, hujan yang seakan tengah bersedih, dan seterusnya. Tidak ada latar yang tidak sedap dipandang sembari menanti drama yang tersaji di depan mata kita... dan terkadang suasana seperti ini yang malah menambah kengerian dan ketakutan penonton yang menunggu usaha para detektif untuk menjebak pembunuh keji yang seakan tidak bisa dihentikan.
Jajaran Cast yang saling melengkapi
Seperti yang telah disebutkan, Memories of Murder merupakan film dengan Character study yang menarik. Para tokoh (Cast) dalam film ini memiliki kepribadian yang simpel namun mendekati realita di luar film. Seringkali dalam sebuah film action atau misteri tokoh utama digambarkan serba bisa, cool & smart, atau tipikal umum hero dalam dongeng. Lain halnya dengan Memories.
Mulai dari Detektif Park yang merupakan tipe polisi desa yang percaya takhayul dan suka menuduh pelaku sembarangan berdasarkan insting tanpa mengindahkan barang bukti yang ada. Detektif Cho yang ibarat algojo dan suruhan detektif yang juga sama bodohnya. Detektif Seo, polisi pindahan dari Seoul yang mengandalkan logika dan tergolong cerdik namun temperamen. Inspektor Sersan Shin yang menjadi pemimpin tim paling berwibawa dan penengah antara Detektif Park dan Seo yang selalu berkelahi. Serta polwan Kwok yang fungsi awalnya hanya sekedar menyajikan teh untuk para detektif layaknya karakter sampingan namun kemudian secara perlahan menjadi karakter penting ketika tim investigasi mulai menemui jalan buntu.
Semua karakter ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Ketika mereka bersama maka bakal timbul konflik dan interaksi yang menjadi drama sendiri dalam film. Uniknya, meski awalnya terkesan sulit bekerjasama tapi sepanjang alur cerita kita menyaksikan seluruh karakter saling melengkapi kekurangan masing-masing hingga menuju penghujung film tim ini menjadi solid.
Cast pendukung pun tidak kalah hebatnya. Mulai dari jajaran karakter yang memberikan petunjuk penting bagi tokoh utama, hingga ke sejumlah karakter unik yang diduga sebagai pelaku pembunuhan berantai seperti pria penguntit yang mengalami keterbelakangan mental, orang mesum dengan masalah akut, hingga ke pria tampan misterius yang kemungkinan memiliki masa lalu kelam. Sampai akhir film kita terus mempertanyakan siapa saja karakter yang akan terus hidup atau berakhir mati dan siapakah diantara orang-orang ini yang merupakan pelaku sebenarnya??
Ending = Memories(?) apa artinya???
Bila anda mengetahui sejarah asli kasus Hwaseong Serial Murders, maka mungkin anda telah menebak akhir dari film ini. Namun anda salah besar. Sutradara Bong mencoba menyajikan teorinya sendiri terkait kasus besar yang telah kadaluarsa masa penyelidikannya tanpa pernah berhasil mengungkap pelaku sesungguhnya. Bong telah menebar petunjuk dan indikasi pelaku sepanjang film. Judul film ini sendiri juga menjadi poin penting dari apa yang yang ingin disampaikan Bong, apa arti sesungguhnya Memories of Murder?? Apakah karena setting-nya yang berada di masa lalu (past)?? Apakah karena tema ingatan, terutama ingatan para saksi, menjadi kunci penting film?? Atau apakah ada hubungannya dengan ending film ini sendiri?? Interpretasi penonton terhadap pesan yang disampaikan oleh Bong melalui film Memories of Murder secara efektif mempengaruhi respon yang bakal muncul dari penonton.
Bila tujuan Bong joon-Ho melalui film ini adalah membuat penonton berpikir jauh setelah ceritanya berkahir maka dia tergolong berhasil, karena dijamin penonton bakal terus penasaran dan menyaksikan ulang film ini untuk menemukan petunjuk atau potongan informasi penting yang mungkin terlewat dan membangun teori mereka sendiri.
.......................................
Demikian review saya terhadap film Memories of Murder (2003). Film ini sangat menarik dan merupakan salah satu pengalaman menyaksikan film yang menguras emosi dan membuat kita berpikir bahkan setelah filmnya lama berakhir.
Pada bagian akhir ini saya ingin memberikan beberapa rekomendasi lain jika anda mencari film yang serupa dengan Memories of Murder. Berikut diantaranya:
- Se7en (baca: Seven) karya David Fincher. Bercerita tentang penyelidikan kasus pembunuhan berantai yang didasarkan pada 7 Deadly Sins (7 Dosa Besar). Dibintangi Brad Pitt & Morgan Freeman.
- The Usual Suspects karya Bryan Singer. Berpusat pada kasus pembantaian gangster melibatkan legenda seorang pembunuh misterius yang dikisahkan melalui salah satu saksi mata yang selamat. Dibintangi Kevin Spacey.
- Zodiac karya David Fincher. Runtutan sejarah kasus pembunuhan berantai yang dilakukan oleh Zodiac (1968-1973) dan misteri pesan-pesan berisi teka-teki yang dikirimnya ke polisi. Dibintangi Jake Gyllenhaal & Robert Downey Jr.
- Silence of The Lambs karya Jonathan Demme. Diangkat dari Novel berkisah tentang usaha agen muda FBI menangkap pembunuh berantai dengan memanfaatkan bantuan pembunuh sekaligus Kanibal bernama Dr. Hannibal Lecter. Dibintangi Anthony Hopkins & Jodie Foster.
- Shutter Island karya Martin Scorsese. Diangkat dari novel misteri tentang 2 polisi yang dikirim ke pulau rehabilitasi pasien sakit jiwa untuk mengungkap misteri hilangnya salah satu pasien. Dibintangi Leonardo diCaprio & Mark Ruffalo.
Saya bakal mencoba terus menyajikan review film, khususnya film-film yang kurang mendapat perhatian dari khalayak umum atau penikmat film mainstream. Ditunggu ya!
Selanjutnya: Ho for The West....
Komentar
Posting Komentar