Pesona India - Matahari Pagi Taj Mahal Hingga Angin Dingin Kashmir

Menginjakkan kaki di negara yang kepopulerannya dapat dirangkum dalam satu kata “Bollywood” ini memberi kesan yang familiar dan di saat bersamaan sangat asing. Menjadi negara dengan penduduk terbanyak kedua di dunia dan terletak di bagian selatan dari garis khatulistiwa yang melintasi benua Asia dengan iklim tropis merupakan sebagian kecil dari kemiripan yang dimiliki India dengan Indonesia. Mungkin akan terlalu terburu-buru menyimpulkan India serupa dengan Indonesia, padahal letak kedua negara terbilang jauh – 6 jam kurang lebih waktu yang ditempuh menggunakan pesawat komersil. Namun jika kita menelisik lebih jauh maka ada banyak hal-hal kecil yang mengingatkan kita dengan kehidupan sehari-hari. Berikut pengalaman penulis selama menjelajahi India, khususnya kunjungan di New Delhi, Agra, dan Khasmir.

Persiapan dan Keberangkatan
Penulis bersama 3 orang anggota keluarga telah mempersiapkan keberangkatan sejak jauh-jauh hari. Niat awal cukup sederhana dan cenderung nekat, berangkat dengan barang bawaan seperlunya ala backpackers. Namun mengingat salah satu anggota keluarga yang ikut serta tergolong lanjut usia maka banyak hal menjadi pertimbangan. Ternyata salah satu kerabat memiliki hubungan yang cukup baik dengan kumpulan pecinta travelling di media sosial. Kebetulan kumpulan ini terdiri dari orang-orang yang memiliki hobi serupa dan seringkali bersama-sama wisata ke luar negeri dengan biaya yang terjangkau dan terorganisir. Jadilah penulis ikut serta dalam rombongan yang hendak wisata ke India dengan tujuan utama daerah Khasmir yang berbatasan dengan Pegunungan Himalaya.
Penulis berangkat dari Palembang dengan tujuan Kuala Lumpur, Malaysia, untuk selanjutnya berkumpul dengan rombongan traveler lain yang telah menunggu di Kuala Lumpur dan melanjutkan penerbangan ke New Delhi, India. Rombongan di Kuala Lumpur merupakan sebagian kecil dari total ‘peserta’ yang ikut dalam program wisata kali ini. Rombongan yang terdiri dari 17 orang dipecah dalam dua kelompok dengan titik keberangkatan berbeda, Kuala Lumpur dan Bangkok, Thailand. Rombongan nantinya akan berkumpul di tujuan akhir, New Delhi.
Tepat pada pukul 7 malam waktu setempat penulis bertolak dari bandara Kuala Lumpur menuju New Delhi. Sesampainya di bandara internasional Indira Gandhi waktu telah menunjukkan pukul 12 malam waktu New Delhi. Penulis langsung menuju loket imigrasi yang lumayan sesak dijejali oleh wisatawan berbagai negara yang juga ingin masuk ke India. Satu hal yang unik dari proses ini adalah pemanfaatan E-Visa yang nampaknya menjadi pilihan utama turis yang hendak berkunjung ke India. Dengan E-Visa calon turis tidak perlu repot-repot mengurus berbagai persyaratan secara fisik ke Kedutaan dan dapat melakukannya secara online, baik secara pribadi maupun berombongan. Cukup isi formulir persyaratan beserta data diri, unggah pas foto, bayar fee yang telah ditentukan, tunggu dan E-Visa anda akan diterbitkan. Seperti yang telah disebutkan, E-Visa merupakan pilihan utama bagi turis asing di India. Ini terlihat dari antrian loket keimigrasian yang khusus menangani pemegang E-Visa lebih panjang ketimbang antrian loket Visa Internasional biasa. Penulis menghabiskan waktu hingga hampir dua jam hanya demi menunggu giliran antrian. Setelah bebas dari keimigrasian barulah penulis menuju titik kumpul yang berada dekat pintu terminal Kedatangan Internasional. Rombongan yang berangkat dari Bangkok telah tiba duluan. Beda waktu dengan rombongan dari Kuala Lumpur tidak lebih dari sejam.
Setelah berkumpul kami segera menuju hotel Samrat New Delhi yang berdekatan dengan Nehru Park dan kawasan Kedutaan negara-negara sahabat menggunakan taksi yang dipesan di bandara. Begitu keluar bandara, pemandangan riuh dan kebisingan menjadi santapan buat mata dan telinga. Bahkan ketika waktu telah menunjukkan pukul 1 dini hari tumpukan kendaraan khususnya mobil yang parkir di badan jalan atau sekedar menepi mengangkut penumpang menjadi ciri khas tersendiri di negeri Mahatma Gandhi ini. Lalu lintas tidak kalah hebohnya, bahkan di jam-jam yang seharusnya sepi tetap ramai oleh kendaraan dan orang yang berlalu-lalang di jalan raya. Suara klakson yang tak pernah putus dan teriakan dalam bahasa yang asing di telinga bakal mewarnai hari-hari penulis dan rombongan di India. Dan sayangnya kita harus mulai membiasakan diri.

Agra
Sesampainya di hotel waktu telah menunjukkan pukul 2 dini hari. Setelah check in dan briefing singkat kami diberi waktu beristirahat di kamar masing-masing selama 2 jam, karena paginya sekitar jam 6 kami harus mengejar kereta ekspress yang bakal membawa rombongan ke Agra. Agra merupakan kota dimana Taj Mahal berada. Setelah membersihkan diri dan mencoba memejamkan mata sesaat tibalah saatnya kami berangkat menuju stasiun kereta api New Delhi.
Stasiun kereta api New Delhi terletak di pusat kota. Begitu tiba kembali kami menyaksikan pemandangan yang mungkin asing tapi terasa familiar. Memasuki gerbang utama dan melintasi loket tiket terlihat deretan orang dari segala usia berbaring di lantai stasiun yang dingin. Bukan satu atau dua orang saja yang dengan santainya lesehan beralaskan tikar atau selembar kain tipis, hampir tiap jengkal ruang tersebut sesak dipenuhi orang-orang yang terlelap dalam mimpi. Mungkin mereka juga tengah menantikan kereta pagi yang bakal mengantar mereka ke tujuan. Wajar rasanya jika kita ingat lagi betapa ramainya jalanan New Delhi bahkan pada dini hari. Tidak ada orang yang ingin terjebak kemacetan pagi.
Setelah menunggu lebih kurang 15 menit kereta yang bakal membawa kami ke Agra tiba. Kereta Ekspress yang kami naiki lumayan bagus, khususnya gerbong eksekutif. Gerbong yang lapang dengan susunan kursi berderet 3 di baris kiri dan 2 di baris kanan. Pelayanannya juga terbilang bagus, kami disuguhi teh pagi dan dilanjutkan dengan sarapan di atas kereta. Karena kebetulan perut kami sudah keroncongan akibat tidak sempat menyantap sarapan di hotel maka makanan yang terdiri dari kari atau telur dadar, tergantung selera masing-masing, kami santap dengan lahap.
Tidak terasa waktu perjalanan selama 2 jam berlalu begitu saja. Begitu kami turun dari kereta dan keluar stasiun, banyak orang menghampiri rombongan kami. Mereka rupanya adalah supir-supir taksi yang berebutan menawarkan jasanya mengantar kami ke Taj Mahal. Situasinya lumayan kacau, karena banyak dari mereka yang memaksa dan bahkan sampai berteriak-teriak. Kami akhirnya memutuskan menyewa 3 mobil untuk mengantar kami langsung ke Taj Mahal. Pada momen inilah mulai timbul masalah terkait pelayanan transportasi di India yang kami rasakan pada umumnya. Sepanjang jalan mereka berulang kali menawarkan diri untuk menjadi pemandu tur Taj Mahal. Berulang kali kami menolak, tapi mereka tetap memaksa. Akhirnya kami diturunkan di dekat persimpangan menuju komplek Taj Mahal. Kembali mereka menawarkan jasa pemandu untuk terakhir kalinya. Kami tegas menolak. Situasi pun diperparah oleh tingkah supir ketiga mobil yang memaksa meminta uang tip tambahan meski sudah dibayar cukup mahal.
Untungnya kekesalan kami dengan tingkah supir tersebut segera terobati begitu melihat kemegahan Taj Mahal. Untuk masuk ke Taj Mahal kami perlu membayar tiket masuk sebesar 1000 Rupe lengkap dengan pelayanan berupa pemandu tur resmi yang ditunjuk oleh Departemen Pariwisata. Kami juga diberi kover alas kaki untuk menjaga kebersihan dan etika begitu memasuki Taj Mahal.


Beberapa hal yang harus diingat selama berada di Taj Mahal adalah tidak diperkenankan untuk membawa tas besar, baik berupa koper atau ransel, ke dalam komplek Taj Mahal, serta dilarang untuk membawa makanan dan minuman dari luar. Bila terlanjur membawa tas maka dapat ditipkan ke toko suvenir atau restoran yang terletak di sekitar komplek. Wisatawan dapat membawa kamera atau telepon genggam, tapi begitu memasuki ruang utama Taj Mahal dilarang untuk mengambil gambar dalam bentuk apapun mengingat itu merupakan tempat suci.
Untuk masuk kompleks Taj Mahal wisatawan dapat melalui tiga gerbang utama, yaitu gerbang Barat, gerbang Timur, dan gerbang Selatan. Terdapat dua tahapan pemeriksaan keamanan saat memasuki gerbang utama yaitu pemeriksaan metal detector dan scanning barang bawaan. Setelah melewati kedua pemeriksaan maka wisatawan dapat langsung menuju ke taman utama Taj Mahal di bagian Utara. Di halaman yang luas lengkap dengan taman bunga dan kolam ini wisatawan dapat mengambil gambar atau sekedar menikmati kemagahan Taj Mahal yang didominasi oleh susuna Marmer putih seperti yang terlihat di berbagai foto dan iklan.
Taj Mahal terletak persis di pinggir sungai Yamuna yang melintasi kota Agra. Dari depan memang tidak nampak jelas, namun jika wisatawan menyusuri taman yang menuju ke bangunan utama atau masuk ke dalam makam dari pintu depan yang menghadap ke Selatan dan keluar menuju pintu belakang di sisi Utara maka jelas terlihat kelokan sungai beserta sejumlah burung pemangsa yang terbang berkelompok mencari ikan di tengah panas musim kemarau dari balkon yang memiliki tinggi sekitar 50 meter dari permukaan air sungai.  Selain itu, tepat di seberang sungai terlihat Sisa-sisa dari Mehtab Bagh, atau ‘taman cahaya bulan’ secara harfiah, sebuah taman yang terletak persis di area dataran banjir Sungai Yamuna dengan luas area menyerupai Taj Mahal.
Kompleks Taj Mahal terdiri dari sejumlah bangunan pendukung yang memiliki sejarah dan peran penting dalam pembangunan monumen memperingati kematian Mumtaz Mahal, istri dari Raja Mughal, Shah Jahan. Terdapat dua makam lain bagi istri-istri Shah Jahan meski tidak semegah untuk Mumtaz di dekat gerbang Timur dan Barat. Bangunan Taj Mahal sendiri sebenarnya diapit oleh dua bangunan lain yang terbuat dari batupasir merah dengan Masjid di sisi Barat dan Rumah Singgah (Guest house) di Timur. Kedua bangunan ini memberi kesan simetris bagi arsitektur Taj Mahal secara keseluruhan. Sayang, ketika mencoba melaksanakan sholat sunah di Masjid terkesan bahwa bangunan tersebut kurang terawat dengan lapisan debu yang tebal, keramik yang retak, dan karpet yang lusuh. Setelah diselidiki rupanya masjid tersebut memang telah jarang digunakan dan hanya dibuka untuk warga muslim India saat Sholat Ied saja.
Bergerak dari Masjid di sisi Barat, wisatawan harus mengantri dengan tertib untuk dapat memasuki bangunan utama dimana Mumtaz Mahal dan Shah Jahan disemayamkan. Bangunan utama ini lumayan kecil, pintu utama hanya muat untuk dua orang masuk di saat bersamaan. Begitu melewati pintu utama wisatawan disambut oleh tangga yang mengarah ke ruang bawah tanah, tempat makam sebenarnya berada. Namun tangga ini telah ditutup untuk umum dan wisatawan langsung diarahkan menuju ke ruang tengah yang berada persis di atas ruang makam. Di sini wisatawan dapat melihat replika kedua makam Mumtaz Mahal dan Shah Jahan lengkap dengan ukiran dan hiasan batuan berharga yang menjadi dekorasi utama ruang itu. Wisatawan hanya dapat mengintari ruang tengah dan dilarang langsung mendekati replika makam. Beberapa pengunjung yang usil terlihat beberapa kali melempar koin ke arah makam, mungkin sebagai pengharapan keberuntungan, meski jelas-jelas tampak beberapa petugas yang senantiasa berpatroli menjaga kebersihan sekitar makam.
Setelah puas melihat-lihat interior Taj Mahal wisatawan lalu diarahkan keluar melalui pintu Utara menuju balkon yang langsung menghadap sungai Yamuna. Seperti yang telah dijabarkan sebelumnya, wisatawan dapat melihat jelas Mehtab Bagh yang berada persis di seberang sungai. Selain itu wisatawan juga dapat melihat dinding Benteng Agra, kediaman keluarga kerajaan Mughal, di arah Barat - Barat Laut Taj Mahal. Konon, setelah anak ketiganya naik takhta dan Shah Jahan menjadi tahanan rumah dia tetap dapat melihat sekilas Taj Mahal dari jendela ruangannya di benteng Agra sekedar untuk melepaskan kerinduannya terhadap Mumtaz Mahal.
Setelah puas menjalani tur Taj Mahal, wisatawan dapat memilih melihat-lihat toko suvenir yang tersebar di luar gerbang Taj Mahal atau sekedar berjalan-jalan di dalam kompleks. Wisatawan juga dapat langsung melanjutkan tur menuju Benteng Agra. Karena areal kompleks cukup luas, wisatawan dapat memilih menaiki bus eletrik serupa golf car yang telah disediakan badan pariwisata India untuk mengintari areal kompleks atau menuju pintu keluar.
Dalam perjalanan pulang kembali ke Delhi kami memilih menggunakan kereta ekspress dengan fitur unik. Kereta kami kali ini termasuk dalam jenis Sleeping train, dimana penumpang ditempatkan pada bilik-bilik dengan ranjang bertingkat untuk tidur atau sekedar berbaring. Tiap bilik terdiri dari 4 hingga 6 ranjang yang disusun bertingkat dua. Perjalanan 2 jam pun terasa singkat karena kami pulas tertidur setelah berjalan cukup jauh dalam kompleks Taj Mahal.
Kembali ke keramaian New Delhi matahari telah terbenam dan berganti dengan terang cahaya rembulan. Kami memutuskan mencari makan sekaligus wisata malam di sekitar Central Park, Connaught Place yang merupakan salah satu tempat pusat keramaian dan kegiatan komersil di New Delhi. Kebetulan Connaught Place berjarak tidak terlalu jauh dari Stasiun Railway New Delhi dan dapat ditempuh dengan berjalan kaki atau menaiki angkutan umum serupa Bajaj Jakarta yang disebut Auto atau Auto Rickshaw.
Di lokasi ini berkibar bendera raksasa India yang berada tepat di jantung areal Connaught Place yang terdiri dari jalan-jalan melingkar yang mengintari Central Park sebagai pusatnya. Sebagai salah satu titik keramaian di Ibukota India ini terdapat banyak jenis restoran, tempat hiburan, dan toko-toko yang menjual beraneka macam komoditi buka di sepanjang jalan. Mulai dari usaha lokal sampai brand-brand ternama dapat ditemui di sini. Setelah puas melihat-lihat dan makan malam, kami memutuskan pulang ke hotel untuk beristirahat karena paginya kami harus mengejar penerbangan ke Kashmir.

Kashmir
Sejak jam 4 pagi rombongan telah mengemas barang-barang dan check-out kamar hotel untuk selanjutnya menuju bandara Indira Gandhi. Penerbangan ke Srinagar, Kashmir ditempuh selama kurang lebih 1-2 jam melalui pintu keberangkatan domestik. Sesampainya di Srinagar kami segera mengambil barang bawaan dan lalu diminta untuk mengisi formulir khusus bagi turis asing yang baru tiba di Kashmir. Setelah segara urusan selesai, kami melangkah keluar bandara Internasional Srinagar dan langsung disambut oleh pemandu lokal yang rupanya telah disewa oleh ketua rombongan jauh-jauh hari sebelumnya.
Sedikit gambaran, Kashmir terletak di bagian paling utara India dan berbatasan langsung dengan Pakistan dan China. Wilayah Kashmir termasuk dalam jajaran Pegunungan Himalaya yang melintasi sebagian negara di Asia Selatan. Kashmir merupakan wilayah yang telah lama diperebutkan oleh tiga negara yaitu India, Pakistan, dan China. Hingga kini perdebatan politik dan konflik bersenjata terus terjadi khususnya di daerah-daerah yang dikuasai oleh Pakistan dan India. Sepanjang jalan dari dan menuju bandara polisi dan tentara bersenjata lengkap dapat terlihat berpatroli menjaga kemanan. Tidak hanya itu, bentuk penjagaan lain seperti pos-pos keamanan, blokade jalan, kendaraan berkerangkeng, serta bangunan-bangunan penting dengan pagar tinggi dan kawat berduri seakan menjadi pemandangan biasa bagi warga lokal. Daerah Kashmir, khususnya Srinagar dan Gulmarg, yang menjadi persinggahan kami selama dua hari kedepan.
Begitu sampai kami diajak mencicipi roti khas Kashmir di sebuah restoran kecil lengkap dengan kebun apel tersendiri, lalu mengunjungi toko suvenir yang menjual berbagai macam buah-buahan kering. Setelah puas kami melanjutkan perjalanan menuju Gulmarg, sebuah daerah wisata di kaki pegunungan Pir Panjal yang terkenal menjadi destinasi utama wisata Ski dan olahraga musim dingin. Sayang kami tiba di India pada bulan Oktober saat musim gugur sehingga belum ada salju yang turun menutupi lereng dan puncak perbukitan Gulmarg. Namun hal ini tidak menjadi masalah karena banyak kegiatan lain yang bisa kami lakukan dan medan yang kami jajal sepanjang perjalanan menuju puncak, yang dikabarkan masih memiliki salju pada musim-musim tersebut.
Sesampainya di objek wisata Gulmarg, hembusan angin dingin seakan langsung menyambut kedatangan kami. Meskipun masih musim gugur, namun suhu di wilayah tersebut cukup dingin mengingat letaknya yang berada di daerah pegunungan. Tidak hanya angin pegunungan, begitu menginjakkan kaki di Gulmarg sekelompok warga lokal mulai menggerubungi rombongan kami menawarkan jasa penyewaan kuda poni dan pemandu. Ternyata saat kami tiba kereta gantung atau gondola yang menjadi moda utama bagi turis dan warga naik ke puncak gunung tengah direparasi dan tidak memungkinkan untuk dipergunakan. Jadi ada pilihan yang dapat kami ambil, berjalan kaki menuju puncak atau menunggangi kuda poni yang dipandu oleh warga lokal dengan biaya sekitar 1000 rupe selama sehari penuh. Ada pilihan lain berupa jasa antar-jemput menggunakan ATV, namun saat kami tiba seluruh ATV tengah dipakai mengantar turis lain. Kami pun memilih menunggangi kuda poni.
Pertama kali menaiki kuda poni mungkin sebagian akan merasa bingung, was-was atau malah sampai ketakutan. Beruntung ada pemandu yang bakal membantu kita menaiki pelana dan senantiasa memegangi kuda selama perjalanan sehingga kita tidak perlu terlalu khawatir bila nantinya kuda yang kita tunggangi bakal keluar jalur atau malah berubah liar dan membahayakan keselamatan. Namun tetap saja tingkah hewan seringkali tidak bisa ditebak sehingga kita sendiri perlu berhati-hati.
Kami menelusuri jalur menembus hutan rimbun dengan pohon-pohon cemara dan pinus yang menjulang tinggi ke angkasa yang biasa dipakai oleh warga lokal dan turis asing sebagai jalur menuju areal perkemahan. Kebetulan juga jalur ini melalui titik-titik stasiun gondola yang rusak tadi. Terdapat 3 stasiun Gondola sepanjang jalur pendakian. Reparasi sedang dilakukan di stasiun pertama, sedangkan jalur stasiun kedua menuju stasiun terakhir berfungsi lancar. Rencananya kami bakal menunggang kuda menuju stasiun kedua lalu melanjutkan perjalanan ke puncak memakai Gondola yang masih berfungsi normal.
Sepanjang jalan menuju puncak kami disuguhi pemandangan indah yang didominasi oleh rangkaian pepohonan rindang dan hamparan padang rumput yang luas sembari ditemani kicauan merdu burung dan angin dingin yang bahkan mampu menusuk tulang. Selain itu, sepanjang jalan terlihat deretan rumah nomaden yang terbuat dari tanah liat, bebatuan dan kayu kering yang disusun sedemikian rupa menjadi atap. Saat udara semakin tipis akhirnya kami tiba di lokasi stasiun Gondola kedua, yang bernama Kongdoori. Sejauh mata memandang hanya terlihat hamparan rumput hijau layaknya di film-film. Kuda-kuda terlihat berkeliaran bebas memakan rerumputan atau sekedar beristirahat menikmati kilau matahari dan angin sejuk. Saat tiba musim dingin maka perbukitan di sekitara Kongdoori bakal berubah wujud menjadi resort ski dan olahrarga musim dingin dengan kemiringan lereng yang bervariasi dari landai hingga cukup curam serta salju dengan ketebalan yang mampu mencapai pinggang orang dewasa.
Setelah puas menikmati suasana dan berfoto-ria tibalah waktunya meuju puncak. Wisatawan dapat menaiki Gondola dengan biaya sekitar ….. per orang. Satu gondola dapat memuat hingga 6 orang dengan waktu tempuh antara 5-10 menit. Gondola Gulmarg terkenal sebagai salah satu fasilitas kereta gantung tertinggi di dunia dengan tinggi rata-rata mencapai 4000 meter. Menaiki salah satu gondola yang senantiasa bergoyang diterpa angin kencang dari puncak pegunungan dan menyaksikan pemandangan di bawah kaki sendiri dapat menjadi salah satu pengalaman mengerikan bagi sebagian orang. Begitu mencapai puncak suhu dingin benar-benar terasa, tubuh seketika menggigil dan sulit untuk bernafas seperti biasa. Beberapa petugas stasiun Gondola mengambil inisiatif untuk menyalakan api unggun dengan membakar beberapa properti bekas yang bersebaran di sekitar stasiun. Bagi wisatawan yang ingin ‘mengejar’ dan merasakan salju pertama di puncak kashmir harus mendaki sedikit lagi, namun ini tidak disarankan bagi yang tidak memiliki stamina yang kuat dan atau memiliki masalah kesehatan tertentu.
Setelah turun dari puncak, kami menyempatkan diri makan siang sejenak di salah satu rumah makan yang terletak di luar stasiun Kongdoori. Waktu yang semakin sore dan cuaca yang mulai tak menentu memaksa kami turun kembali ke titik awal keberangkatan. Seperti yang sempat disinggung, Gulmarg didominasi oleh perbukitan dengan kemiringan lereng yang bervariasi dari landai hingga cukup curam, sehingga harus sangat berhati-hati saat menelusuri medan ini. Bahkan kuda pun beberapa kali terpeleset atau kepayahan menapaki jalurnya bila tidak waspada. Ketidakwaspadaan yang akhirnya mengakibatkan insiden terhadap salah satu anggota rombongan begitu melakukan perjalanan pulang dengan kuda. Saat tengah menuruni sebuah lereng yang cukup curam kuda yang dinaiki anggota rombongan kami mendadak panik dan menjatuhkan sang penunggang. Yang patut disayangkan adalah kuda yang ditungganginya masih dipegangi oleh pemandu lokal yang seharusnya mampu mengendalikan kuda agar tidak terjadi hal yang tak diinginkan. Apa mau dikata, musibah pun terjadi. Kami dibantu pemandu segera membawa korban yang pingsan ke puskesmas terdekat menggunakan ATV. Setelah korban siuman dan kondisinya mulai membaik segera dirujuk ke rumah sakit yang lebih besar. Beruntung tidak ada luka serius atau trauma sehingga korban dipersilahkan pulang malamnya. Kami yang kelelahan pun bergegas menuju penginapan untuk beristirahat.

Dal Lake
Penginapan kami selama di Kashmir boleh dibilang sangat unik. Kami dibawa ke salah satu rumah perahu (houseboat) yang cukup terkenal di Srinagar. Rumah Perahu ini berada di pinggir danau Dal (dalam bahasa Kashmir berarti danau) atau biasa disebut Dal Lake oleh turis dan warga sekitar. Rumah Perahu yang dibuat dari kayu pepohonan Gulmarg ini mengingatkan kami dengan Rumah adat Rakit yang biasa ditemukan di pinggiran sungai Musi Palembang, Sumatera Selatan. Bedanya Rumah Perahu Kashmir dibuat sedemikian rupa hingga lebih menyerupai bentuk perahu kecil yang dimodifikasi menjadi rumah ketimbang sebaliknya. Terdapat dua kamar utama lengkap dengan kamar mandi masing-masing, ruang tamu, dan sebuah teras. Perahu pun telah cukup lama ditambatkan di pinggiran danau sehingga tidak perlu khawatir bila nantinya perahu bakal terbawa arus dan sebagainya.
Keesokan harinya kami bangun pagi-pagi sekali untuk menyaksikan pemandangan matahari terbit yang muncul dari balik perbukitan di ujung danau dari teras rumah perahu sembari menyantap sarapan roti khas Kashmir dan teh hangat. Setelah bersiap-siap kami diajak menaiki perahu-perahu kecil yang mampu menampung hingga 5 orang termasuk juru kemudi melakukan tur mengelilingi Dal Lake. Pertama kami diajak melihat keseharian warga sekitar di pagi hari. Seraya perahu membawa kami menelusuri danau yang jernih dan berkilau diterpa cahaya mentari, beberapa warga lokal dengan perahunya masing-masing merapat ke perahu kami. Mereka silih berganti menawarkan berbagai macam barang dagangan, mulai dari cinderamata, perhiasan, kain, hingga makanan dan bahan-bahan aromatik. Ada pula yang menawarkan jasa foto lengkap dengan kostum yang bisa dikenakan bak tokoh dari cerita seribu satu malam.
Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 10 menit tibalah kami di salah satu sentra pengrajin kain Pashmina, jenis kain wol asal Kashmir yang sangat terkenal di seantero dunia. Bangunan dua lantai yang kami singgahi terdiri dari beberapa ruangan meliputi ruang pameran, ruang eksibisi kerajinan, dan toko utama. Tidak hanya menjual Pashmina, sentra kain ini juga menjual berbagai jenis jaket kulit dan pakaian musim dingin. Diperlukan keahlian menawar yang baik bagi wisatawan yang hendak berbelanja kain dengan harga yang murah. Selanjutnya kami diajak mengunjungi toko makanan dan oleh-oleh yang sebagian besar menjajakan aneka buah-buahan kering dan suvenir yang terbuat dari kayu.
Begitu waktu telah mencapai tengah hari, kami diantar kembali ke rumah perahu untuk selanjutnya mengemas barang-barang yang bakal dibawa pulang. Kali ini kami mengambil penerbangan kembali ke New Delhi sebelum akhirnya pulang ke Indonesia. Tidak lupa sebelum menuju bandara kami makan siang di salah satu restoran dengan menu khas Kashmir. Menu makan siang yang kami coba berupa daging domba panggang lengkap dengan nasi Kashmir yang disajikan dalam piring besar dan bisa untuk porsi 6-8 orang. Lucunya, sepiring menu khas Kashmir biasa dimakan oleh 2-4 orang saja. Alih-alih menyantap habis masakan tersebut, banyak dari kami memutuskan membungkus sisa lauk dan nasi untuk dimakan di bandara nanti ketimbang mubazir.
Kembali ke bandara Internasional Srinagar, prosedur masuk bandara tersebut lebih rumit dan ketat ketimbang saat kedatangan sebelumnya. Kami bahkan harus melalui 3-4 kali pemeriksaan untuk dapat masuk ke ruang tunggu bandara. Titik pemeriksaan pertama berada di luar komplek bandara dengan petugas militer bersenjata lengkap menjaga kawasan tersebut. Kami diminta menunjukkan identitas resmi dan melalui pengecekan X-ray untuk barang bawaan sementara kendaraan kami digeledah satu-persatu. Sampai di pintu terminal keberangkatan identitas kami kembali dicek satu-persatu sebelum diizinkan masuk oleh petugas militer. Kembali kami harus melalui pemeriksaan berupa scanning X-ray. Kali ini koper-koper dan tas besar yang kami bawa disegel oleh petugas pemeriksaan. Rupanya seluruh koper dan tas besar tidak diperbolehkan dibongkar kembali setelah memasuki terminal dan harus dimasukkan ke dalam bagasi tanpa terkecuali. Kami hanya diperbolehkan membawa tas tangan ke dalam kabin pesawat. Setelah check-in, kembali kami harus melalui gerbang pemeriksaan X-ray. Kali ini semua tas tangan kami diperiksa dan diberi label khusus. Salah satu anggota rombongan kami dipanggil ke Loading Bay Area untuk mengidentifikasi satu-persatu tas dan koper yang sudah kami daftarkan tadi sebelum diangkut dalam bagasi. Setelah semua selesai barulah kami dapat menuju ruang tunggu keberangkatan dan menarik nafas lega.
Kembali ke New Delhi, kami langsung melanjutkan penerbangan kembali ke Indonesia. Rombongan berpisah di sini. Sebagian melanjutkan penerbangan kembali ke Thailand sedangkan sisanya melalui Malaysia. Memang waktu kami selama di Kashmir dan New Delhi dapat dikatakan singkat. Namun, waktu yang singkat tersebut sangat berkesan dan malah menumbuhkan keinginan untuk kembali berkunjung ke India suatu saat nanti.

TREND TIPPING DI INDIA
Salah satu hal unik yang dirasakan saat pertama kali menjejakkan kaki di India adalah kebiasan pegawai jasa atau pekerja tertentu untuk meminta Tip dari turis asing. Kebiasan Tipping merupakan salah satu norma sosial yang dapat ditemui di berbagai negara. Ada beberapa negara yang malah menganggap Tipping sebagai bentuk penghinaan. Sebagian negara telah memasukkan biaya pelayanan (Service fee) ke dalam tagihan. Di India nampaknya ini menjadi trend tersendiri.
Sejak pertama kali tiba hingga kembali ke Indonesia kita bakal bersinggungan dengan Tipping dalam berbagai bentuk dan kesempatan. Mulai dari jasa taksi yang bakal meminta Tip bahkan setelah kita membayar tarif di muka, pemandu tur dan petugas objek wisata, pegawai restoran, hingga jasa porter dan pegawai bandara. Sebagian tidak segan memaksa turis untuk memberikan Tip, beberapa bahkan bakal meminta lebih jika turis yang bersangkutan hanya memberi seadanya. Beberapa anggota rombongan kami sampai dibuat kesal dengan orang-orang ini yang seolah memeras uang dari turis-turis asing.
Dalam kesempatan lain, kami menemukan bahwa sebagian orang, terutama di Kashmir, tidak memaksa kita memberi Tip, namun sebagai gantinya beberapa dari mereka meminta sumbangan barang tertentu sebagai ganti Tip, utamanya snack hingga memorabilia atau objek-objek kecil yang dapat dikenang dari negara asal turis seperti mainan, permen hingga parfum. Cukup unik, memang. Bila dipikirkan lebih jauh, ini bisa menjadi kesempatan bagi turis-turis asing untuk memperkenalkan budaya dan keunikan negara mereka atau sebagai bentuk terima kasih atas keramahan warga lokal terhadap tamu.
Jadi jika kelak anda ingin mengunjungi India persiapkan uang kecil yang cukup banyak sehingga memudahkan saat hendak memberi Tip. Beberapa orang bersedia menerima Dollar, namun tidak semua. Selain itu, anda juga bisa mempersiapkan beberapa barang atau cinderamata unik untuk diberikan sebagai pengganti uang Tip.

KESELAMATAN DAN KEAMANAN TURIS
Seperti yang diketahui, objek-objek wisata dan kawasan ramai seperti pasar dan stasiun rentan terhadap aksi kejahatan seperti pencopetan. India sebagai salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia merupakan salah satu negara yang patut diwaspadai bagi wisatawan dari berbagai penjuru dunia. Selain aksi pencopetan, turis juga harus memperhatikan lalu lintas dan tata cara berkendara di negara Jawaharlal Nehru ini. Kebisingan suara klakson dan cara mengemudi warga lokal yang kurang memperhatikan keselamatan kerap membahayakan turis yang hendak menyebrang jalan atau menaiki moda transportasi seperti Auto atau bajaj-nya India.
Salah satu poin yang hendak saya tekankan di sini adalah faktor keselamatan dan keamanan turis di Kashmir, khususnya objek wisata Gulmarg. Hingga kini Kashmir cukup rawan sebagai daerah yang seringkali diterpa konflik bersenjata sehingga mengharuskan pasukan keamanan di sana bersenjata lengkap. Namun bukan berarti wisata Kashmir harus dihindari atau ditakuti, yang bertahap malah bakal mengurangi jumlah wisatawan yang ingin berkunjung dan secara tidak langsung mengurangi pemasukan warga lokal. Tapi, kita perlu menjaga diri dan tidak melakukan hal-hal yang berpotensi membahayakan bagi diri sendiri maupun orang lain.
Gulmarg yang tergolong wisata alam juga memiliki sejumlah aturan dan tata cara keselematan yang harus dipatuhi sekalipun sedang tidak musim dingin dan atau turun salju. Persiapan berupa fisik dan perlengkapan yang mumpuni untuk cuaca pegunungan yang cukup dingin menjadi salah satu cara menjaga keselamatan diri. Selain itu, bila nantinya ditawari untuk melakukan kegiatan yang berpotensi membahayakan atau menantang fisik maka kita harus mempertimbangkan kemampuan masing-masing. Jangan memaksakan diri mengikuti kegiatan hanya karena mengikuti contoh anggota rombongan lain.
Contoh yang terjadi adalah ketika menunggangi kuda poni menuju puncak pegunungan. Beberapa anggota rombongan merupakan warga lanjut usia dan ibu hamil. Meski mereka sangat ingin ikut menunggangi kuda, pemandu dan anggota lain menyarankan agar tidak memaksakan diri demi menjaga keselamatan. Tidak hanya orang-orang tersebut, ada anggota rombongan yang ikut menuju puncak tidak memperhatikan kesiapan diri dan kemampuan fisiknya sehingga sempat beberapa kali kesehatannya memburuk dan akhirnya mengalami insiden jatuh dari kuda dan pingsan akibat lemah fisik dan keteledoran pemandu yang ikut bersamanya.
Contoh lain adalah fasilitas Gondola yang disediakan oleh pihak pengelola wisata Gulmarg. Dengan tinggi hingga mencapai 4000 meter, tentunya bakal membayakan bila faktor keselamatan dan keamanan tidak diperhatikan. Pada bulan Juni 2017 terjadi insiden kecelakaan dimana 7 orang meninggal dunia akibat terjatuh dari kereta gantung yang terguncang setelah angin kencang menerpa kawasan dan mengakibatkan pohon dan dahan Pinus tumbang menimpa kereta tersebut, seperti yang dilaporkan CNN. Beberapa pihak, seperti Krystalline, melaporkan bahwa kecelakaan semacam ini dapat dicegah bila pemerintah, pengelola objek wisata, dan pihak terkait lebih serius memperhatikan potensi pohon tumbang dan longsor di sepanjang jalur Gondola Gulmarg, mengingat kawasan hutan tersebut telah diterpa siklus angin kencang tiap tahunnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Persidangan Meja Makan - Pengalaman Membuat Film Pendek

Dilema Pelukis Bernama “Kecerdasan Buatan”

PORTOFOLIO DESAIN GRAFIS