Slow West - Sebuah Ulasan
Bagian kedua dari review film ini bakal menyelami salah satu genre yang hampir mati dalam 30 tahun terakhir, Western (atau yang dikenal sebagai film Koboi). Di masanya antara tahun 50-60an, film-film koboi diproduksi hampir tiap tahun dan jumlahnya terlampau banyak. Kondisi serupa kita alami sekarang dengan tren film bergenre Superhero yang seakan mencapai puncaknya dalam 5 tahun terakhir. Film Western di masa lampau pun telah mencapai kesuksesan tersebut. Yang menarik adalah, meskipun merupakan film koboi amerika namun banyak film yang mengusung genre ini dibuat oleh sineas Italia seperti Sergio Leone (A Fistful of Dollars; The Good, The Bad, and The Ugly; Once Upon A Time in The West). Tren ini kemudian memunculkan genre tersendiri yang dikenal sebagai Spaghetti Western.
Sayang, semenarik apapun genre ini tetap saja tidak dapat menghentikan respon khalayak umum yang mulai meninggalkan aksi tembak-menembak dan berkuda yang sudah tidak relevan lagi dewasa ini. Untungnya dalam beberapa waktu belakangan beberapa sineas Hollywood mulai termotivasi dan melirik potensi yang dimiliki genre Western di era modern. Beberapa diantaranya sukses besar (Unforgiven, True Grit, Django Unchained) tapi tidak sedikit juga yang gagal (Lone Ranger, Cowboy vs Aliens, A Million Ways to Die in The West). Tidak berhenti di situ, bahkan ada yang mencoba me-remake salah satu film Western tersukses di tahun 50-an: Magnificent Seven (yang sebenarnya merupakan adaptasi Hollywood dari film Jepang berjudul Seven Samurai karya Akira Kurosawa). Harapannya, kebangkitan Western tidak berhenti di sini saja.
Kali ini saya bakal membahas salah satu film Western modern yang unik dan sedikit berbeda dengan sebangsanya. Film ini lebih menyerupai sebuah karya seni yang berwarna dan puitis ketimbang sebuah sajian kekerasan biasa. Ini karena film satu ini dibuat oleh seorang sutradara muda sekaligus musisi John Maclean melalui jalur independen dan dibintangi oleh salah satu aktor terbaik yang dimiliki dunia saat ini: Michael Fassbender. Judulnya?? Slow West (2014).
Slow West jauh berbeda dengan tipikal film Western yang penuh kekerasan, aksi tembak-menembak, dan kumpulan pria berkumis dengan aksen koboi yang kental serta jarang mandi.
Slow West bercerita tentang seorang pemuda Skotlandia bernama Jay Cavendish yang berkelana dari Eropa yang beradab menuju Amerika yang liar dengan harapan menemukan pujaan hatinya yang pindah ke negara ini dengan suatu sebab. Jay yang naif dan tidak memiliki pengalaman bertahan hidup di dunia Barat menyewa bantuan dari seorang pemburu hadiah bernama Silas untuk menemaninya dalam perjalanan menemukan sang kekasih.
Berikut adalah beberapa poin menarik dari film Slow West.
Arahan film yang artistik dan sangat puitis
Berbeda dengan kebanyakan film Western yang mengusung setting dataran gersang dengan pemandangan berupa gurun atau bukit bebatuan dan terik matahari di siang hari, Slow West mengusung setting yang jauh bertolak belakang. Padang rumput yang luas, jajaran pepohonan yang rindang namun menyesatkan, malam dingin penuh bintang, hingga rumah mungil nan tenang di tengah hamparan ladang gandum. Bila diibaratkan sebagai sebuah lukisan maka mungkin Slow West merupakan bagian dari karya pelukis ternama Vincent van Gogh. Hal ini tentunya tidak lepas dari pemilihan lokasi syuting dan pengarahan sang sutradara, John Maclean, untuk membangun dunia dalam imaginasinya. Untuk lokasi syuting, John lebih memilih hamparan luas padang rumput Selandia Baru (lokasi syuting favorit sutradara Lords of The Rings, Peter Jackson) dan Skotlandia yang berangin, ketimbang mengandalkan lokasi yang serupa di Amerika Serikat.
John Juga memasukkan elemen-elemen tambahan yang menguatkan pemandangan yang menghipnotis ini, seperti untaian puisi dan anekdot dari masing-masing tokoh tentang situasi yang harus mereka hadapi hingga musik rakyat (folk music) yang mengalihkan pandangan penonton sejenak dari aksi-aksi brutal yang tersaji dalam film. Secara keseluruhan, Slow West menyajikan Western sebagai sebuah karya seni yang sedap dipandang dan diresapi ketimbang tontonan kekerasan yang tidak bermakna.
Kenaifan yang membawa kemalangan
Keindahan film ini juga tidak lepas dari performa para aktor yang menghidupi karakter-karakter koboi yang tergolong unik. Pondasi film berdiri di atas Chemisrty antara 2 tokoh utama, Jay Cavendish dan Silas. Keduanya diperankan secara luar biasa oleh Kodi Smit-McPhee (Let Me In) dan Michael Fassbender (X-men: First Class). Silas yang diperankan Fassbender merupakan Pemburu hadiah yang keras dan arogan namun memiliki sisi yang baik dan perhatian. Berlawanan dengan tokoh Jay Cavendish yang diperankan oleh Kodi. Jay digambarkan sebagai pemuda tanggung yang memiliki sifat sangat naif dan lugu. Migrasi Jay dari dataran tinggi Skotlandia yang beradap ke dunia barat yang masih liar menjadi tontonan tersendiri yang mengingatkan kita dengan realita dunia nyata, dimana seorang anak yang tumbuh dalam lingkungan keluarga yang penuh perhatian kelak harus menghadapi dunia luar yang tidak selamanya baik.
Jay yang memandang segala sesuatu dari satu sudut pandang dan tergolong naif seakan menjadi representasi dan kompas moral bagi penonton. Di dunia barat yang dipenuhi orang-orang yang hidupnya keras dan tidak segan membunuh, Jay menjadi katalis bagi penonton untuk menentukan apakah suatu tindakan yang terjadi sesungguhnya benar atau salah. Apakah membunuh orang tidak bersalah merupakan suatu hal yang jahat?? Terutama ketika hidup kita sendiri yang terancam??
Kenaifan Jay juga seringkali menempatkannya dalam situasi yang tidak menguntungan dan kadangkala membahayakan. Di sinilah peran Silas sebagai Penjaga dan panduan bagi Jay menjadi penting. Silas merupakan sosok mentor yang mungkin diperlukan oleh Jay untuk membimbingnya menemukan sang kekasih dan memahami dunia barat lebih dalam. Tidak hanya itu, Silas yang juga menyimpan rahasia kelam dan agenda tersendiri menjadi sosok yang patut diamati dengan seksama. Hingga akhir film, kita dapat melihat hubungan kedua tokoh utama yang sangat dinamis, mulai dari perselisihan dan beda pendapat yang seringkali terjadi hingga ke momen-momen dimana kedua tokoh seakan saling memahami satu sama lain layaknya saudara.
..................................
Slow West merupakan film panjang pertama yang dibuat oleh John Maclean, yang bukan merupakan orang Amerika. Dengan budget yang kecil namun dengan dukungan dan komitmen penuh dari aktor ternama seperti Michael Fassbender, serta jajaran Cast yang mumpuni, Slow West menjadi film yang tergolong unik karena bukan merupakan film Mainstream atau film Blockbuster yang tergolong besar. Pada akhirnya film Slow West tidak menjadi sebuah bombardir darama penuh kekerasan namun menjadi sebuah film yang kaya filosofi dan artistik.
Berikut sejumlah film yang menjadi rekomendasi jika anda mencari film yang hampir serupa dengan Slow West.
Sayang, semenarik apapun genre ini tetap saja tidak dapat menghentikan respon khalayak umum yang mulai meninggalkan aksi tembak-menembak dan berkuda yang sudah tidak relevan lagi dewasa ini. Untungnya dalam beberapa waktu belakangan beberapa sineas Hollywood mulai termotivasi dan melirik potensi yang dimiliki genre Western di era modern. Beberapa diantaranya sukses besar (Unforgiven, True Grit, Django Unchained) tapi tidak sedikit juga yang gagal (Lone Ranger, Cowboy vs Aliens, A Million Ways to Die in The West). Tidak berhenti di situ, bahkan ada yang mencoba me-remake salah satu film Western tersukses di tahun 50-an: Magnificent Seven (yang sebenarnya merupakan adaptasi Hollywood dari film Jepang berjudul Seven Samurai karya Akira Kurosawa). Harapannya, kebangkitan Western tidak berhenti di sini saja.
Kali ini saya bakal membahas salah satu film Western modern yang unik dan sedikit berbeda dengan sebangsanya. Film ini lebih menyerupai sebuah karya seni yang berwarna dan puitis ketimbang sebuah sajian kekerasan biasa. Ini karena film satu ini dibuat oleh seorang sutradara muda sekaligus musisi John Maclean melalui jalur independen dan dibintangi oleh salah satu aktor terbaik yang dimiliki dunia saat ini: Michael Fassbender. Judulnya?? Slow West (2014).
Slow West jauh berbeda dengan tipikal film Western yang penuh kekerasan, aksi tembak-menembak, dan kumpulan pria berkumis dengan aksen koboi yang kental serta jarang mandi.
Slow West bercerita tentang seorang pemuda Skotlandia bernama Jay Cavendish yang berkelana dari Eropa yang beradab menuju Amerika yang liar dengan harapan menemukan pujaan hatinya yang pindah ke negara ini dengan suatu sebab. Jay yang naif dan tidak memiliki pengalaman bertahan hidup di dunia Barat menyewa bantuan dari seorang pemburu hadiah bernama Silas untuk menemaninya dalam perjalanan menemukan sang kekasih.
Berikut adalah beberapa poin menarik dari film Slow West.
Arahan film yang artistik dan sangat puitis
Berbeda dengan kebanyakan film Western yang mengusung setting dataran gersang dengan pemandangan berupa gurun atau bukit bebatuan dan terik matahari di siang hari, Slow West mengusung setting yang jauh bertolak belakang. Padang rumput yang luas, jajaran pepohonan yang rindang namun menyesatkan, malam dingin penuh bintang, hingga rumah mungil nan tenang di tengah hamparan ladang gandum. Bila diibaratkan sebagai sebuah lukisan maka mungkin Slow West merupakan bagian dari karya pelukis ternama Vincent van Gogh. Hal ini tentunya tidak lepas dari pemilihan lokasi syuting dan pengarahan sang sutradara, John Maclean, untuk membangun dunia dalam imaginasinya. Untuk lokasi syuting, John lebih memilih hamparan luas padang rumput Selandia Baru (lokasi syuting favorit sutradara Lords of The Rings, Peter Jackson) dan Skotlandia yang berangin, ketimbang mengandalkan lokasi yang serupa di Amerika Serikat.
John Juga memasukkan elemen-elemen tambahan yang menguatkan pemandangan yang menghipnotis ini, seperti untaian puisi dan anekdot dari masing-masing tokoh tentang situasi yang harus mereka hadapi hingga musik rakyat (folk music) yang mengalihkan pandangan penonton sejenak dari aksi-aksi brutal yang tersaji dalam film. Secara keseluruhan, Slow West menyajikan Western sebagai sebuah karya seni yang sedap dipandang dan diresapi ketimbang tontonan kekerasan yang tidak bermakna.
Kenaifan yang membawa kemalangan
Keindahan film ini juga tidak lepas dari performa para aktor yang menghidupi karakter-karakter koboi yang tergolong unik. Pondasi film berdiri di atas Chemisrty antara 2 tokoh utama, Jay Cavendish dan Silas. Keduanya diperankan secara luar biasa oleh Kodi Smit-McPhee (Let Me In) dan Michael Fassbender (X-men: First Class). Silas yang diperankan Fassbender merupakan Pemburu hadiah yang keras dan arogan namun memiliki sisi yang baik dan perhatian. Berlawanan dengan tokoh Jay Cavendish yang diperankan oleh Kodi. Jay digambarkan sebagai pemuda tanggung yang memiliki sifat sangat naif dan lugu. Migrasi Jay dari dataran tinggi Skotlandia yang beradap ke dunia barat yang masih liar menjadi tontonan tersendiri yang mengingatkan kita dengan realita dunia nyata, dimana seorang anak yang tumbuh dalam lingkungan keluarga yang penuh perhatian kelak harus menghadapi dunia luar yang tidak selamanya baik.
Jay yang memandang segala sesuatu dari satu sudut pandang dan tergolong naif seakan menjadi representasi dan kompas moral bagi penonton. Di dunia barat yang dipenuhi orang-orang yang hidupnya keras dan tidak segan membunuh, Jay menjadi katalis bagi penonton untuk menentukan apakah suatu tindakan yang terjadi sesungguhnya benar atau salah. Apakah membunuh orang tidak bersalah merupakan suatu hal yang jahat?? Terutama ketika hidup kita sendiri yang terancam??
Kenaifan Jay juga seringkali menempatkannya dalam situasi yang tidak menguntungan dan kadangkala membahayakan. Di sinilah peran Silas sebagai Penjaga dan panduan bagi Jay menjadi penting. Silas merupakan sosok mentor yang mungkin diperlukan oleh Jay untuk membimbingnya menemukan sang kekasih dan memahami dunia barat lebih dalam. Tidak hanya itu, Silas yang juga menyimpan rahasia kelam dan agenda tersendiri menjadi sosok yang patut diamati dengan seksama. Hingga akhir film, kita dapat melihat hubungan kedua tokoh utama yang sangat dinamis, mulai dari perselisihan dan beda pendapat yang seringkali terjadi hingga ke momen-momen dimana kedua tokoh seakan saling memahami satu sama lain layaknya saudara.
..................................
Slow West merupakan film panjang pertama yang dibuat oleh John Maclean, yang bukan merupakan orang Amerika. Dengan budget yang kecil namun dengan dukungan dan komitmen penuh dari aktor ternama seperti Michael Fassbender, serta jajaran Cast yang mumpuni, Slow West menjadi film yang tergolong unik karena bukan merupakan film Mainstream atau film Blockbuster yang tergolong besar. Pada akhirnya film Slow West tidak menjadi sebuah bombardir darama penuh kekerasan namun menjadi sebuah film yang kaya filosofi dan artistik.
Berikut sejumlah film yang menjadi rekomendasi jika anda mencari film yang hampir serupa dengan Slow West.
- The Assassination of Jesse James by The Coward Robert Ford karya Andrew Dominik. Kisah nyata tentang perburuan terhadap bandit terkenal di dunia barat, Jesse James, dan pembunuhan yang dilakukan oleh rekannya sendiri, Robert Ford. Dibintangi Brad Pitt & Sam Rockwell.
- Django unchained karya Quentin Tarantino. Berkisah tentang budak kulit hitam bernama Django yang direkrut oleh pemburu hadiah bernama Dr. King Schultz untuk mencari petunjuk terkait pemilik budak yang juga merupakan buronan hukum. Dibintangi Jamie Foxx, Christoph Waltz, dan Leonardo DiCaprio
- No Country for Old Men/ True Grit, keduanya karya The Coen Brothers (Joel Coen & Ethan Coen). No Country berkisah tentang koboi modern yang menemukan uang haram di tengah gurun dan akhirnya dikejar oleh pembunuh bayaran yang juga mengincar uang tersebut. Dibintangi Josh Brolin & Javier Bardem. True Grit berkisah tentang seorang gadis muda yang menyewa jasa sherrif tua untuk memburu buronan yang telah membunuh ayahnya. Dibintangi oleh Jeff Bridges & Matt Damon.
- Lawless karya John Hillcoat. Berkisah tentang tiga bersaudara yang menjadi bandit dan pemasok minuman keras di masa ketika minuman tersebut dilarang keras di Amerika Serikat, serta konflik yang berkembang ketika mereka harus berurusan dengan polisi. Dibintangi oleh Tom Hardy dan Shia Labeouf.
- Appaloosa karya Ed Harris. Berkisah tentang dua orang koboi penegak hukum yang dikirim ke sebuah kota kecil di tengah gurun untuk menangkap seorang gangster yang telah mengancam dan mengendalikan kota tersebut selama bertahun-tahun. Dibintangi oleh Ed Harris & Virgo Morteseen.
Demikian review film kali ini. Saya akan mencoba me-review film-film lain yang mungkin luput dari radar penikmat film umumnya namun sesungguhnya sangat menarik.
Selanjutnya: Wellington, 6.00 PM.
Komentar
Posting Komentar